Bab 10: Jihad - Mukasyafah Al Qulub

 Jihad


Allahﷻ  berfirman;   

إِنَّمَا ٱلْمُؤْمِنُونَ ٱلَّذِينَ ءَامَنُوا۟ بِٱللَّهِ وَرَسُولِهِۦ ثُمَّ لَمْ يَرْتَابُوا۟ وَجَـٰهَدُوا۟ بِأَمْوَٰلِهِمْ وَأَنفُسِهِمْ فِى سَبِيلِ ٱللَّهِ ۚ أُو۟لَـٰٓئِكَ هُمُ ٱلصَّـٰدِقُونَ ١٥

"Sesungguhnya orang-orang yang beriman adalah orang-orang yang beriman kepada Allah dan Rasul-Nya kemudian tidak ragu-ragu, dan mereka berjihad dengan harta dan jiwa mereka di jalan Allah. Mereka itulah orang-orang yang benar" 

(QS al Hujurât [49]: 15)

Nu’man bin Basyir رضي الله عنه. berkata, “Ketika kami sedang berada di dekat mimbar Rasulullahseorang laki-laki berkata, ‘Aku tidak akan berbuat sesuatu setelah keislamanku kecuali memenuhi Jihad beri minum kepada jamaah haji.’ Yang lainnya berkata:

‘Aku tidak akan berbuat sesuatu setelah keislamanku kecuali memakmurkan Masjidil Haram.’ Adapun yang lain berkata, ‘Berjihad di jalan Allahﷻ  lebih utama daripada semua yang kalian ucapkan itu.”

‘Umar bin al-Khaththâb رضي الله عنه. lalu menegur mereka, “Janganlah kalian berbicara keras di samping mimbar RasulullahAllahﷻ  telah menurunkan firman-Nya tentang apa yang kalian perselisihkan itu. 

Allahﷻ  berfirman:

۞ أَجَعَلْتُمْ سِقَايَةَ ٱلْحَآجِّ وَعِمَارَةَ ٱلْمَسْجِدِ ٱلْحَرَامِ كَمَنْ ءَامَنَ بِٱللَّهِ وَٱلْيَوْمِ ٱلْـَٔاخِرِ وَجَـٰهَدَ فِى سَبِيلِ ٱللَّهِ ۚ لَا يَسْتَوُۥنَ عِندَ ٱللَّهِ ۗ وَٱللَّهُ لَا يَهْدِى ٱلْقَوْمَ ٱلظَّـٰلِمِينَ ١٩

"Apakah kalian menganggap bahwa memberi minum jamaah haji dan memakmurkan Masjidil Haram itu sama dengan orang yang beriman kepada Allah, hari akhir, dan berjihad di jalan-Nya? Kedudukan mereka tidak sama di hadapan Allah. Sesungguhnya Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang zalim"

(QS al-Taubah [9]: 19).

‘Abdullâh bin Mas’ûd Ra berkata bahwa di hadapan para sahabat, Rasulullahﷺ  menyampaikan firman Allahﷻ 

يَـٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُوا۟ لِمَ تَقُولُونَ مَا لَا تَفْعَلُونَ كَبُرَ مَقْتًا عِندَ ٱللَّهِ أَن تَقُولُوا۟ مَا لَا تَفْعَلُونَ إِنَّ ٱللَّهَ يُحِبُّ ٱلَّذِينَ يُقَـٰتِلُونَ فِى سَبِيلِهِۦ صَفًّۭا كَأَنَّهُم بُنْيَـٰنٌۭ مَّرْصُوصٌۭ ٤٣٢

"Hai orang-orang yang beriman, mengapa kalian berkata tentang sesuatu yang tidak kalian lakukan? Amat besar kebencian di sisi Allah bahwa kalian mengatakan apa yang tidak kalian perbuat. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang berperang di jalan-Nya dalam barisan yang teratur seakan-akan mereka seperti bangunan yang tersusun kokoh" 

(QS al-Shaff [6]: 2-4).

Diriwayatkan bahwa seorang laki-laki bertanya kepada Rasulullah, “Wahai Rasulullah, adakah perbuatan yang dapat menandingi jihad di jalan Allahﷻ ?” Beliau menjawab:  “Tidak. Aku tidak menemukannya. Apakah engkau bisa mengimbangi pahala seseorang yang pergi berjihad dengan perbuatanmu masuk ke masjid lalu shalat tanpa merasa lelah dan berpuasa tanpa berbuka?” Laki-laki itu menjawab, “Tidak seorang pun dapat melakukan hal itu.”

Abû Hurayrah رضي الله عنه. berkata bahwa seorang sahabat Rasulullah melewati sebuah tempat teduh yang memiliki sumber air jernih. Lalu dia berkata:

“Alangkah nikatnya jika aku dapat mengasingkan diri dari manusia, kemudian tinggal di tempat ini. Namun, aku tidak akan melakukannya sebelum meminta izin kepada Rasulullah.”

Dia pun menemui Rasulullah, mengutarakan niatnya. Tapi, Rasulullahﷺ  bersabda:

“Jangan engkau lakukan hal itu, karena kedudukan orang yang berjihad di hadapan Allahﷻ  lebih utama daripada shalat di rumah selama tujuh puluh tahun. Tidakkah kamu suka kalau Allahﷻ  mengampunimu dan memasukkanmu ke surga? Oleh karena itu, berperanglah di jalan Allahﷻ . Bagi yang terbunuh di jalan Allahﷻ , dia pasti masuk surga.”

Rasulullah tidak mengizinkan sahabatnya untuk beruzlah (mengasingkan diri dari masyarakat), padahal dia hanya bermaksud beribadah kepada Allah. Namun, Rasulullah memberi petunjuk kepadanya untuk berjihad.

Oleh karena itu, betapa tidak pantasnya jika kita yang berlumuran dosa meninggalkan arena jihad.

Rasulullah bersabda, bahwa orang yang berjihad di jalan Allahﷻ  adalah seperti orang yang berpuasa, melakukan shalat yang khusyu‘, rukuk, dan sujud. Barangsiapa yang meridhai Islam sebagai agamanya dan Muhammad sebagai Nabinya, dia pasti masuk surga.

Abû Sa’îd al-Khudrî رضي الله عنه. sangat gembira mendengar hal ini. Lalu dia berkata:  “Wahai Rasulullah, ulangi sekali lagi ucapan Anda itu.”

Maka Rasulullah mengulanginya dan menambahinya, bahwa Allahﷻ  akan meninggikan derajat seorang hamba hingga seratus derajat. Jarak setiap derajat adalah sejauh langit dan bumi.

Kemudian Abû Sa’îd رضي الله عنه. bertanya, “Amalan apakah yang dapat meninggikan derajat setinggi itu?” Beliau menjawab, “Berjihad di jalan Allahﷻ .”