Bab 8: Wudhu dan Sholat - Mukasyafah Al Qulub


Wudhu dan Sholat

Rasulullah bersabda, “Barangsiapa berwudhu, membaguskan wudhunya, lalu shalat dua rakaat, tanpa terbersit suatu urusan keduniaan dalam pikirannya, dia keluar dari dosa-dosanya seperti ketika dilahirkan ibunya.”

Di tengah para sahabatnya, Rasulullah bertanya, “Maukah aku beritahukan kepada kalian sesuatu yang kerananya Allahﷻ menghapuskan dosa-dosa dan meninggikan derajat? 

Yaitu membaguskan wudhu ketika malas mengerjakannya, melangkahkan kaki ke masjid, dan menanti waktu sholat setelah sholat. “Rasulullah berwudhu satu kali-satu kali, lalu bersabda;

“Inilah wudhu yang dengannya Allah menerima shalat. “Beliau berwudhu dua kali-dua kali, lalu bersabda, “Barangsiapa yang berwudhu dua kali dua kali, Allahﷻ  memberikan pahalanya dua kali.”

Kemudian beliau berwudhu tiga kali-tiga kali, lalu bersabda, “Inilah cara wudhuku, wudhu para nabi sebelumku, dan wudlu Khalîl al-Rahmân (Kekasih Allah), Ibrâhîm As.” Beliau juga pernah bersabda bahwa apabila hamba Muslim berwudhu lalu berkumur, keluarlah dosa-dosa dari mulutnya. Apabila dia menghirupkan air ke hidung dan mengeluarkannya lagi, keluarlah dosa-dosa dari hidungnya. Apabila dia membasuh wajahnya, keluarlah dosadosa dari wajahnya hingga yang ada di bawah kelopak matanya. Apabila dia membasuh kedua tangannya, keluarlah dosa-dosa dari tangannya hingga yang ada di bawah kuku jari-jari tangannya.

Apabila dia mengusap kepala, keluarlah dosa-dosa dari kepalanya hingga yang ada di bawah telinganya. Apabila dia membasuh kedua kakinya, keluarlah dosa-dosa dari kedua kakinya hingga yang ada di bawah kuku jari-jari kakinya. Kemudian, langkahnya menuju masjid dan shalatnya merupakan ibadah sunnah baginya.

Diriwayatkan bahwa ‘Umar bin al-Khaththâb Ra mengutus salah seorang sahabat Rasulullah ke Mesir untuk mengambil tirai Ka‘bah. Lalu, orang itu singgah di salah satu wilayah Syam, tempat berdiri pertapaan seorang rahib.

Tidak ada rahib lain yang lebih alim dari dia. Utusan ‘Umar ini ingin menemuinya dan mengetahui ilmunya. Lalu, dia mendatanginya dan membuka pintu rumahnya. Akan tetapi, pintu itu tidak dapat terbuka lebar. Kemudian utusan itu menemui rahib, lalu bertanya untuk mendengarkan dan mengagumi ilmunya. Dia pun mengadukan kepadanya tentang dirinya yang tertahan di pintu rumah tersebut. Rahib itu menjawab; 

“Ketika kami melihatmu, ketika engkau datang kepada kami, kami takut seperti takutnya rakyat kepada penguasa. Kami takut kepadamu. Kami menahanmu di pintu semata-mata karena Allah berfirman kepada Mûsâ As, ‘Wahai Mûsâ, apabila kamu takut kepada penguasa, berwudhulah, dan perintahkanlah keluargamu berwudhu. Sebab, barangsiapa yang berwudhu, dia berada dalam perlindungan- Ku, perlindungan dari apa yang kamu takutkan. ‘Kami mengunci pintu itu bagimu hingga engkau berwudhu dan berwudhu pula semua orang yang ada di dalam rumah, serta kami melaksanakan sholat. Kerananya, kami merasa tenteram terhadapmu, kemudian membukakan pintu itu untukmu.”

Sholat Lima Waktu

“Perumpamaan sholat lima waktu adalah seperti sungai air tawar yang mengalir di depan rumah siapa saja di antara kalian. Dia mandi di situ setiap hari lima kali. Apakah menurutmu hal itu akan meninggalkan kotoran pada badannya?”

Para sahabat menjawab, “Tidak sedikit pun.”

Kemudian, Rasulullah bersabda, “Sholat lima waktu itu dapat menghilangkan dosa sebagaimana air membersihkan kotoran.”

“Sholat-sholat itu adalah penebusan dosa yang dikerjakan pada waktu di antara sholat-sholat tersebut selama orang itu menjauhi dosa-dosa besar. Sebagaimana Allah berfirman;

وَأَقِمِ ٱلصَّلَوٰةَ طَرَفَىِ ٱلنَّهَارِ وَزُلَفًۭا مِّنَ ٱلَّيْلِ ۚ إِنَّ ٱلْحَسَنَـٰتِ يُذْهِبْنَ ٱلسَّيِّـَٔاتِ ۚ ذَٰلِكَ ذِكْرَىٰ لِلذَّٰكِرِينَ ١١٤

"Sesungguhnya kebaikan itu menghapuskan (dosa) perbuatan-perbuatan buruk"

 (QS Hûd [11] 114).”

Maksudnya, dihapuskan dosa hingga tak tersisa sedikit pun, seolah-olah tak pernah ada.

Al-Bukhâri, Muslim, para pemilik sunan, dan lain-lain meriwayatkan hadits dari Ibn Mas’ ûd bahwa seorang laki-laki mencium seorang perempuan.

Lalu, dia datang kepada RasulullahDan menyampaikan hal itu seakan-akan menanyakan kafarat (denda)-nya. Turunlah ayat: 

وَأَقِمِ ٱلصَّلَوٰةَ طَرَفَىِ ٱلنَّهَارِ وَزُلَفًۭا مِّنَ ٱلَّيْلِ ۚ إِنَّ ٱلْحَسَنَـٰتِ يُذْهِبْنَ ٱلسَّيِّـَٔاتِ ۚ ذَٰلِكَ ذِكْرَىٰ لِلذَّٰكِرِينَ ١١٤

"Dan tegakkanlah shalat di kedua tepi siang"

 (QS Hûd [11]: 114).

Orang itu berkata, “Wahai Rasulullah, hanya ini?” Beliau menjawab, “Ini untuk orang yang mengamalkannya dari umatku.” Ahmad, Muslim, dan lain-lain meriwayatkan hadis dari Abu Umâmah bahwa seorang laki-laki datang kepada Rasulullah. Dia berkata,

“Wahai Rasulullah, tegakkanlah hukuman Allah sekali atau dua kali.” Rasulullah berpaling darinya, kemudian ditegakkan sholat. Setelah selesai, Rasulullah bertanya, “Di mana laki-laki tadi?” Orang itu menjawab, “Aku di sini,”  

Rasulullah bertanya ; “Engkaukah yang telah menyampurnakan wudhu dan sholat bersama kami tadi?” Dia menjawab, “Ya.” Rasulullah bersabda, “Dosa-dosamu telah dihapuskan seperti ketika engkau dilahirkan ibumu, maka janganlah mengulangi perbuatan-perbuatan dosa itu.”

Ketika itu, turunlah wahyu kepada Rasulullah

وَأَقِمِ ٱلصَّلَوٰةَ طَرَفَىِ ٱلنَّهَارِ وَزُلَفًۭا مِّنَ ٱلَّيْلِ ۚ إِنَّ ٱلْحَسَنَـٰتِ يُذْهِبْنَ ٱلسَّيِّـَٔاتِ ۚ ذَٰلِكَ ذِكْرَىٰ لِلذَّٰكِرِينَ ١١٤

"Dan tegakkanlah shalat di kedua tepi siang"

(QS Hûd [11] : 114).

Abû Hurayrah رضي الله عنه berkata; “Barangsiapa berwudhu dan membaguskan wudhunya, laludia pergi ke mesjid untuk sholat berjamaah, selama dalam perjalanan itu, dia dianggap sedang sholat. Untuk satu langkahnya dituliskan sebagaisatu kebaikan dan dengan langkah lainnya dihapuskan satu dosa. Apabila siapa pun dari kamu mendengar iqâmah, janganlah menunda- nunda waktu. Yang paling besar pahalanya adalah yang paling jauh rumahnya.” Orang-orang bertanya;

“Mengapa, wahai Abû Hurayrah?”  Dia menjawab; “Kerana banyaknya langkah.”

Diriwayatkan bahwa seorang laki-laki memohon kepada Rasulullah, “Wahai Rasulullah, berdoalah kepada Allah agar menjadikan aku termasuk orang-orang yang mendapat syafaatmu dan menganugrahi aku kedekatan denganmu di surga.” 

Rasulullah menjawab;, “Perbanyaklah sujud.”

Ada yang mengatakan bahwa keadaan hamba paling dekat kepada Allah Swt adalah ketika sujud. Inilah makna firman Allah;

كَلَّا لَا تُطِعْهُ وَٱسْجُدْ وَٱقْتَرِب ۩ ١٩ 

"dan bersujudlah dan mendekatlah…" 

(QS al-‘Alaq [96]: 19).

Allah berfirman; 

مُّحَمَّدٌۭ رَّسُولُ ٱللَّهِ ۚ وَٱلَّذِينَ مَعَهُۥٓ أَشِدَّآءُ عَلَى ٱلْكُفَّارِ رُحَمَآءُ بَيْنَهُمْ ۖ تَرَىٰهُمْ رُكَّعًۭا سُجَّدًۭا يَبْتَغُونَ فَضْلًۭا مِّنَ ٱللَّهِ وَرِضْوَٰنًۭا ۖ سِيمَاهُمْ فِى وُجُوهِهِم مِّنْ أَثَرِ ٱلسُّجُودِ ۚ ذَٰلِكَ مَثَلُهُمْ فِى ٱلتَّوْرَىٰةِ ۚ وَمَثَلُهُمْ فِى ٱلْإِنجِيلِ كَزَرْعٍ أَخْرَجَ شَطْـَٔهُۥ فَـَٔازَرَهُۥ فَٱسْتَغْلَظَ فَٱسْتَوَىٰ عَلَىٰ سُوقِهِۦ يُعْجِبُ ٱلزُّرَّاعَ لِيَغِيظَ بِهِمُ ٱلْكُفَّارَ ۗ وَعَدَ ٱللَّهُ ٱلَّذِينَ ءَامَنُوا۟ وَعَمِلُوا۟ ٱلصَّـٰلِحَـٰتِ مِنْهُم مَّغْفِرَةًۭ وَأَجْرًا عَظِيمًۢا ٢٩

Nabi Muhammad (s.a.w) ialah Rasul Allah; dan orang-orang yang bersama dengannya bersikap keras dan tegas terhadap orang-orang kafir yang (memusuhi Islam), dan sebaiknya bersikap kasih sayang serta belas kasihan kasihan sesama sendiri (umat Islam). Engkau melihat mereka tetap beribadat rukuk dan sujud, dengan mengharapkan limpah kurnia (pahala) dari Tuhan mereka serta mengharapkan keredaanNya. Tanda yang menunjukkan mereka (sebagai orang-orang yang soleh) terdapat muka mereka - dari kesan sujud (dan ibadat mereka yang ikhlas). Demikianlah sifat mereka yang tersebut di dalam Kitab Taurat; dan sifat mereka di dalam Kitab Injil pula ialah: (bahawa mereka diibaratkan) sebagai pokok tanaman yang mengeluarkan anak dan tunasnya, lalu anak dan tunasnya itu menyuburkannya, sehingga ia menjadi kuat, lalu ia tegap berdiri di atas (pangkal) batangnya dengan keadaan yang mengkagumkan orang-orang yang menanamnya. (Allah menjadikan sahabat-sahabat Nabi Muhammad, s.a.w dan pengikut-pengikutnya kembang biak serta kuat gagah sedemikian itu) kerana Ia hendak menjadikan orang-orang kafir merana dengan perasaan marah dan hasad dengki - dengan kembang biaknya umat Islam itu. (Dan selain itu) Allah telah menjanjikan orang-orang yang beriman dan beramal soleh dari mereka, keampunan dan pahala yang besar.

(QS al-Fath [48]: 29).

Ada yang mengatakan bahwa itu adalah wajah mereka yang menempel pada tanah ketika bersujud.Ada juga yang berpendapat bahwa itu adalah cahaya kekhusyukan yang terpancar dari dalam batin yang keluar dari tubuh. Inilah pendapat yang paling kuat.

Sementara yang lain berpendapat bahwa itu adalah tanda putih bekas wudhu yang tampak pada wajah mereka pada hari kiamat.

Rasulullah bersabda; “Jika anak Adam membaca ayat-ayat sajdah, lalu dia bersujud, setan lari darinya sambil menangis. 

Dia berkata; "Celakalah aku. Orang ini disuruh bersujud, lalu bersujud maka baginya surga. Sementara aku diperintahkan bersujud, tetapi aku menolak. Karenanya, aku masuk neraka.”’

Menyempurnakan Sholat dengan Rendah Hati dan Khusyu‘

Allah  berfirman;

قَدْ أَفْلَحَ ٱلْمُؤْمِنُونَ ٱلَّذِينَ هُمْ فِى صَلَاتِهِمْ خَـٰشِعُونَ ٢١

" Sesungguhnya beruntunglah orang-orang yang beriman, yaitu orang-orang yang khusyu‘ dalam shalat" 

(QS Al-Mu’minûn [23]: 1-2)

Ketahuilah bahwa tentang kekhusyukan ini, di antara para ulama ada yang menjadikannya sebagai bagian dari pekerjaan-pekerjaan hati, seperti rasa takut. Sebagian yang lain menjadikannya sebagai bagian dari pekerjaan-pekerjaan anggota badan, seperti ketenangan, tidak berpaling, dan tidak bersendau-gurau. Mereka berbeda pendapat ihwal kekhusyukan, apakah termasuk fardhu shalat atau hanya keutamaan.

Yang berpegang pada pendapat pertama (fardhu) berargumen dengan hadis, “Shalat bagi hamba hanyalah yang disadari” 

dan firman Allah ;

إِنَّنِىٓ أَنَا ٱللَّهُ لَآ إِلَـٰهَ إِلَّآ أَنَا۠ فَٱعْبُدْنِى وَأَقِمِ ٱلصَّلَوٰةَ لِذِكْرِىٓ ١٤

"Dan tegakkanlah shalat untuk mengingat- Ku"

 (QS Thâ Hâ [20]: 14). 

Lalai berlawanan dengan dzikir. Oleh karena itu, 

Allah  berfirman;, 

وَٱذْكُر رَّبَّكَ فِى نَفْسِكَ تَضَرُّعًۭا وَخِيفَةًۭ وَدُونَ ٱلْجَهْرِ مِنَ ٱلْقَوْلِ بِٱلْغُدُوِّ وَٱلْـَٔاصَالِ وَلَا تَكُن مِّنَ ٱلْغَـٰفِلِينَ ٢٠٥

"Sesungguhnya mereka (malaikat) yang ada di sisi Tuhanmu tidak bersikap angkuh (ingkar) daripada beribadat kepadaNya, dan mereka pula bertasbih bagiNya, dan kepadaNyalah jua mereka sujud."

 (QS al-A’râf [7]: 205).”

Al-Bayhaqî meriwayatkan hadis dari Muhammad bin Sîrîn رضي الله عنه. Katanya, “Aku diberitahu bahwa jika Rasulullah menunaikan shalat, beliau mengangkat pandangannya ke langit.

Turunlah ayat di atas—surah al-A‘râf ayat 205.”

‘Abdurrazzâq menambahkan, “Maka Allah  memerintahkannya agar khusyu‘ dan menundukkan pandangan ke tempat sujud.”

Dalam hadis lain yang diriwayatkan al-Hâkim dan al-Bayhaqî dari Abû Hurayrah: “Ketika menunaikan shalat, Rasulullahﷺ mengangkat pandangannya ke langit. Lalu, turunlah ayat ini, lalu beliau menundukkan kepala.”

Al-Hasan meriwayatkan bahwa Rasulullah bersabda; 

“Perumpamaan shalat lima waktu adalah seperti sungai yang mengalir di depanpintu rumah seseorang dari kamu. Sungai itu mengalirkan air yang berlimpah. Dia mandi di situ lima kali sehari. Apakah akan tersisa kotoran darinya?”

Yakni, shalat lima waktu itu menyucikan dosa dan tidak menyisakannya sedikit pun selain dosa-dosa besar. Hal itu diperoleh apabila shalat tersebut dilakukan dengan kehadiran hati (penghayatan). Jika tidak, shalat itu tertolak.

Rasulullah bersabda, “Difardhukannya shalat, diperintahkannya haji dan thawaf, dan disyiarkannya ibadah hanyalah untuk menegakkan dzikir kepada Allah . Jika hal-hal tersebut ttidak terdapat di dalam kalbumu, serta tidak mencari ke agungan dan ketakutan, dzikirmu tidak bernilai.”

Dalam hadis lain, Rasulullah bersabda, “Barangsiapa yang shalatnya tidak mencegah kekejian dan kemunkaran, dia tidak bertambah dekat kepada Allah , tetapi bertambah jauh.”

Bakar bin ‘Abdillâh رضي الله عنه berkata;  “Wahai anak Adam, apabila engkau mau masuk kepada Maulamu tanpa izin dan berkata kepada-Nya tanpa penerjemah, engkau bolih.” Salah seorang yang hadir bertanya, “Bagaimana caranya?” 

Dia menjawab;, “Engkau membaguskan wudhumu dan masuk ke dalam mihrabmu. Itu berarti engau telah datang kepada Maulamu dan berkata kepada-Nya tanpa penerjemah.”

‘Aisyah رضي الله عنه berkata; 

Rasulullah berbicara kepada kami dan kami pun berbicara kepadanya. Akan tetapi, ketika tiba waktu shalat, seakan-akan beliau tidak mengenal kami dan kami pun tidak mengenalnya karena disibukan dengan mengagungkan Allah  ‘Azza wa Jalla.”

Rasulullah bersabda; “Allahﷻ tidak memandang sholat orang yang tidak menghadirkan hati bersama badannya.”

Apabila Nabi Ibrâhîm al-Khalîl As sedang menegakkan shalat, detak jantungnya terdengar hingga jarak dua mil. Apabila sedang menegakkan sholat, Sa’îd al-Tânukhî tidak henti-henti air mata menetes dari pipi hingga membasahi janggutnya.

Rasulullah pernah melihat seseorang memainkan janggutnya ketika shalat, maka beliau bersabda; 

“Kalau hati orang ini khusyu‘, khusyu‘ pula anggota-anggota badannya.”

Jika tiba waktu sholat, ‘Alî Kw menggigil dan pucat wajahnya. Lalu seseorang bertanya;

“Apa gerangan yang menimpamu, wahai Amirul Mukminin?” ‘âlî menjawab, “Telah datang waktu menunaikan amanat yang pernah Allah  tawarkan kepada langit, bumi, dan gunung. Akan tetapi, semua menolak untuk memikulnya, maka aku memikulnya.”

Diriwayatkan bahwa kalau ‘Alî bin al-Hasan berwudhu, kulitnya menjadi pucat. Lalu keluarganya bertanya, “Apa yang menimpamu ketika berwudhu?” ‘Alî bin al-Hasan menjawab; “Tahukah kamu, di hadapan siapa aku akan berdiri?”

Hâtim al-‘Asham ditanya tentang shalatnya, dia menjawab, “Apabila tiba waktu sholat, aku membaguskan wudhu dan pergi menuju tempat shalat. Aku duduk di situ hingga anggota-anggota tubuhku menyatu. Lalu, aku berdiri untuk sholat.

Aku jadikan Ka’bah di antara kedua alisku, ashshirâth di bawah kakiku, surga di sebelah kananku, neraka di sebelah kiriku, dan malaikat maut di hadapanku.

Aku anggap itu sebagai sholatku yang terakhir. Kemudian, aku berdiri di antara harapan (rojâ’) dan takut (khauf). Aku bertakbir dengan keteguhan, membaca al-Fâtihah dan surah secara tartîl, rukuk dengan kerendahan hatibersujud dengan khusyu‘, duduk di atas kaki sebelah kiri, menumpukkan kaki kanan di atas ibu jari kaki, dan menyertai semua itu dengan ikhlas.

Selanjutnya, aku tidak tahu, apakah shalat itu diterima atau tidak.” Ibn ‘Abbâs Ra berkata; 

“Dua rakaat yang diikuti tafakkur adalah lebih baik daripada shalat malam dengan hati yang lalai.”

Rasulullahﷺ Bersabda, “Pada akhir zaman, orang- orang dari umatku mendatangi masjid. Lalu, mereka duduk melingkar, sementara yang mereka ingat adalah dunia dan cintakepadanya. Karena itu, janganlah berkumpul bersama mereka, karena Allah tak butuh mereka.”

Al-Hasan meriwayatkan bahwa Rasulullah bertanya kepada para sahabatnya, “Maukah saya beritahukan kepadamu tentang pencuri yang paling jahat?” Para sahabat bertanya, “Siapakah dia, wahai Rasulullah?” Beliau menjawab,

“Orang yang mencuri dari shalatnya. “ Mereka bertanya lagi, “Bagaimana dia mencuri?” 

Beliau menjawab, “Dia tak menyempurnakan rukuk dan sujudnya.”

Rasulullah bersabda; 

“Hal pertama yang dihisab dari hamba pada hari kiamat adalah sholat. Jika dia telah menyempurnakannya, dimudahkan penghisaban baginya. Akan tetapi, jika sholatnya tidak sempurna, Allah berkata kepada para malaikat, ‘Apakah hamba-Ku ini mengerjakan sholat-sholat sunnah? Maka sempurnakanlah sholat fardhu itu dengannya.’Di tempat lain. Rasulullah bersabda, “Tidak ada karunia kepada hamba yang lebih baik daripada diberitahu tentang sholat dua rakaat, lalu menegakkannya.”

Kalau ‘Umar bin al-Khaththâb رضي الله عنه hendak menegakkan sholat, badannya menggigil dan giginya berdetak. Lalu ada yang bertanya, “Apa yang menimpamu?” ‘Umar رضي الله عنه  menjawab, “Telah tiba waktu menunaikan amanat dan menegakkan yang fardhu. Aku tidak tahu bagaimana menunaikannya.”

Khalaf bin Ayyûb رضي الله عنه  sedang menunaikan sholat, tiba-tiba kumbang besar menyengatnya hingga mengeluarkan darah. Akan tetapi, dia tidak merasakannya hingga Ibn Sa‘îd رضي الله عنه datang dan memberitahukannya, lalu dia menyucikan pakaiannya.

Kemudian dikatakan kepadanya, “Kumbang besar telah menyengatmu hingga keluar darah dari tubuhmu, tetapi engkau tidak merasakannya.”

Khalaf berkata, “Apakah hal seperti ini akan dirasakan oleh seorang yang sedang berdiri di hadapan Raja Yang Mahaperkasa, serta malaikat maut ada di belakangnya, neraka di samping kirinya, dan al-shirâth di bawah kakinya?”

Penyakit borok menggerogoti tangan ‘Amir bin Dzar yang dikenal sebagai orang zuhud dan ahli ibadah. Para dokter mengatakan,

“Tangan mu harus diamputasi,” ‘Amr bin Dzar berkata, “Potonglah.”

Para dokter menolak, “Kami tidak akan memotongnya kecuali setelah mengikatmu dengan tali.” Namun ‘Umar bin Dzar berkata,

“Tidak, tetapi jika aku telah memulai sholat, pada saat itu potonglah,” Ketika dia memulai sholat, dipotonglah tangannya. Dia pun tidak merasakannya, Khusuq' dalam Sholat Dalam sebuah hadis dikisahkan bahwa pada suatu hari Jibrîl As datang kepada Rasulullah. Dia bertanya, “Wahai Rasulullah, pernahkah Anda melihat malaikat di langit di atas dipan dengan dikelilingi 70.000 malaikat lain yang berbaris?

Mereka setia melayaninya. Dari setiap nafas yang dihirup malaikat itu Allah  menciptakan malaikat lain. Kini, aku lihat malaikat itu berada di atas gunung Qaif dan sayapnya patah. Ketika melihatku, dia meminta tolong kepadaku. Aku bertanya, ‘Apa kesalahanmu?’

Dia menjawab, ‘Pada malam mi‘raj, aku sedang berada di atas dipan. Lalu Rasulullah berlalu di hadapanku, tetapi aku tidak berdiri untuk menghormatinya. Karena itu, Allah  menghukumku dengan hukuman ini dan meletakkanku di tempat ini sebagaimana engkau lihat. ‘Lalu, aku tunduk kepada Allah  dan memohon syafaat-Nya. Allah berfirman;

 ‘Wahai Jibrîl, katakan kepadanya agar dia bershalawat kepada Muhammad.’

Dia bershalawat kepadamu. Lalu, Allah  pun mengampuninya dan menumbuhkan lagi sayapnya.” Diriwayatkan bahwa amalan hamba yang pertamakali dilihat pada hari kiamat adalah shalat.

Jika didapati sempurna, diterima darinya dan juga amalan-amalan yang lain. Akan tetapi, jika didapati cacat, dikembalikan shalat itu kepadanya dan juga amalan-amalan lainnya. Rasulullah bersabda, “Perumpamaan sholat fardhu adalah seperti timbangan. Bagi siapa yang menyempurnakan, sempurnalah ia.”

Sementara itu, Yazîd al-Riqâsyî berkata, “Sholat Rasulullah itu setimbang seakan-akan benda yang ditimbang.”

Dalam riwayat lain disebutkan bahwa Rasulullah bersabda, “Dua orang dari umatku mendirikan shalat. Ruku‘ dan sujud mereka sama.

Sesuatu di antara sholat mereka itu seperti yang ada di antara langit dan bumi.” Beliau menunjukkan kepada kekhusyukan.

Disebutkan dalam sebuah hadis; “Pada hari kiamat, Allah  tidak memandang hamba yang tidak meluruskan tulang punggungnya dalam ruku‘ dan sujudnya.”

Diriwayatkan bahwa Rasulullahﷺ bersabda;

“Barangsiapa yang mendirikan shalat pada waktunya, membaguskan wudhunya, serta menyempurnakan ruku‘, sujud, dan kekhusyukannya, sholat itu naik ke langit dengan wajah putih bercahaya. 

Dia berkata, ‘Semoga Allah  memeliharamu sebagaimana engkau telah memeliharaku.’ Akan tetapi, barangsiapa yang mendirikan sholat di luar waktunya, tidak membaguskan wudhunya, serta tidak menyempurnakan rukuk, sujud, dan kekhusyukannya, sholat itu naik ke langit dengan wajah hitam kelam.

Dia berkata;  ‘Semoga Allah  menelantarkanmu sebagaimana engkau telah menelantarkanku.’ Dengan demikian, atas kehendak Allah , sholat itu dilipat sebagaimana pakaian manusia dilipat, lalu dipukulkan ke wajah orang itu.”

Ibn Mas’ûd رضي الله عنه  berkata, “Sholat adalah takaran. Barangsiapa menyempurnakannya, sempurnalah ia. Akan tetapi, barangsiapa yang menguranginya, hendaknya dia merenungkan firman Allah ;  

وَيْلٌۭ لِّلْمُطَفِّفِينَ ١

"Celakalah orang-orang yang mengurangi timbangan" 

 (QS al-Muthaffifîn [83]: 1).

Seorang ulama mengatakan, “Perumpamaan orang yang sholat itu seperti pedagang yang tidak beroleh laba sebelum kembali modalnya.

Demikian pula sholat, tidak diterima sunnahnya sebelum ditunaikan fardhunya.” Abû bakar رضي الله عنه berkata; “Jika tiba waktu sholat, berdirilah di hadapan api (murka) Tuhanmu yang kalian nyalakan. Lalu padamkanlah.

Rasulullah bersabda; “Sholat itu ketenangan dan kerendahan hati.”

Rasulullah bersabda, “Barangsiapa yang sholatnya tidak mencegahnya dari perbuatan keji dan munkar, dia tidak bertambah dekat kepada Allah , tetapi bertambah jauh. Sholat orang yang lalai tidak dapat mencegah perbuatan keji dan munkar. Betapa banyak orang berdiri untuk sholat tetapi tidak memperoleh selain letih dan lelah, dan tidak menginginkannya selain orang yang lalai. 

Tiadalah hamba memperoleh sesuatu dari sholatnya selain yang dilakukannya dengan sadar.”

Ahli makrifat berkata;  “Sholat itu adalah empat hal, yaitu dimulai dengan ilmu, berdiri dengan rasa malu, ditegakkan dengan keagungan, dan keluar darinya dengan rasa takut.” 

Sementara seseorang guru sufi berkata; “Barangsiapa yang hatinya tidak menyatukan dengan hakikat, rusaklah sholatnya.” 

Rasulullah bersabda;  “Di surga ada sebuah sungai bernama al-Afyah. Di situ terdapat para bidadari yang Allah ciptakan dari za‘faran yang bermain dengan mutiara dan yakut. Mereka memuji Allah dengan 70.000 bahasa. Suara mereka lebih indah dari suara Nabi Dâwûd As.

Mereka mengatakan;  ‘Kami diperuntukkan bagi orang-orang yang mendirikan sholat dengan khusyu‘ dan konsentrasi.’

Allah berfirman; "Pasti aku tempatkan dia di rumah-Ku dan menjadikannya berada di samping-Ku.”

Diriwayatkan bahwa Allah  mewahyukan kepada Rasulullah;  “Katakan kepada orang-orang durhaka di antara umatmu yang tidak mengingat- Ku, ‘Di mana saja engkau menghentikan anggota badanmu (dari maksiat), ketika berdzikir kepada- Ku, jadilah orang yang khusyu‘ dan tenang.

Apabila kamu berdzikir kepada-Ku, jadikanlah lidahmu di belakang kalbumu. Jika kamu berdiri di hadapan- Ku, berdirilah seperti berdirinya hamba yang hina serta bermunajat dengan hati yang takut dan lisan yang benar.”

Dalam riwayat lain disebutkan bahwa Allah  mewahyukan kepada Rasulullah, “Katakan kepada orang-orang durhaka di antara umatmu yang tidak mengingat-Ku, ‘Aku telah bersumpah kepada diri-Ku bahwa siapa saja yang mengingatKu, Aku akan mengingat-Nya. Akan tetapi, jika orang-orang durhaka itu mengingat- Ku, Aku akan mengingat mereka dengan laknat.” 

Ini tentang orang durhaka yang tidak lalai berdzikir kepada Allah . Bagaimana halnya jika berkumpul pada dirinya kemaksiatan dan kelalaian? Seseorang sahabat berkata, “Pada hari kiamat manusia dikumpulkan seperti keadaan mereka dalam sholat berupa ketenangan dan ketenteraman, serta rasa kenikmatan dan kelezatan dalam menunaikannya.”

Rasulullah melihat seseorang yang mempermainkan janggutnya ketika sedang sholat. Beliau bersabda, “Kalau hati orang ini khusyu‘, niscaya khusyu‘ pula anggota tubuhnya.”

Selanjutnya beliau bersabda;  “Barangsiapa yang hatinya tidak khusyu‘, ditolaklah shalatnya.” Ketahuilah bahwa Allah  memuji orangorang yang khusyu‘ dalam sholat tidak hanya dalam satu ayat. Allah  berfirman, …

ٱلَّذِينَ هُمْ فِى صَلَاتِهِمْ خَـٰشِعُونَ ٢

"orang-orang yang khusyu‘ dalam shalatnya" 

(QS al- Mu’minûn [23]: 2)

وَهَـٰذَا كِتَـٰبٌ أَنزَلْنَـٰهُ مُبَارَكٌۭ مُّصَدِّقُ ٱلَّذِى بَيْنَ يَدَيْهِ وَلِتُنذِرَ أُمَّ ٱلْقُرَىٰ وَمَنْ حَوْلَهَا ۚ وَٱلَّذِينَ يُؤْمِنُونَ بِٱلْـَٔاخِرَةِ يُؤْمِنُونَ بِهِۦ ۖ وَهُمْ عَلَىٰ صَلَاتِهِمْ يُحَافِظُونَ ٩٢

"Dan ini ialah Kitab (Al-Quran) yang Kami turunkan, yang mengandungi berkat (banyak faedah-faedah dan manfaatnya), lagi mengesahkan kebenaran (Kitab-kitab Suci) yang diturunkan sebelumnya, dan supaya engkau memberi peringatan kepada penduduk "Ummul-Qura" (Makkah) serta orang-orang yang tinggal di kelilingnya; dan orang-orang yang beriman kepada hari akhirat, mereka beriman kepada Al-Quran, dan mereka tetap mengerjakan dan memelihara sembahyangnya."

 (QS al- An‘âm [6]: 92)

ٱلَّذِينَ هُمْ عَلَىٰ صَلَاتِهِمْ دَآئِمُونَ ٢٣

…Mereka itu tetap mendirikan sholatnya"

 (QS al-Ma‘ârij [70]: 23)

Ada yang mengatakan bahwa orang yang mengerjakan sholat itu banyak, tetapi sedikit orang yang khusyu‘ dalam shalatnya. Orang yang berhaji itu banyak, tetapi sedikit yang mabrûr.

Burung itu banyak, tetapi burung bulbul hanya sedikit. Orang berilmu itu banyak, tetapi yang beramal sedikit jumlahnya. Sholat adalah tempat ketundukan hati, kepasrahan, dan kekhusyukan. Ini adalah tanda diterimanya amalan.

Amalan sunnah itu ada syaratnya dan penerimaan pun ada syaratnya. Syarat amalan sunnah adalah ditunaikan fardhunya dan syarat diterima amalan adalah kekhusyukan— sebagaimana Allah  berfirman; 

قَدْ أَفْلَحَ ٱلْمُؤْمِنُونَ ٱلَّذِينَ هُمْ فِى صَلَاتِهِمْ خَـٰشِعُونَ وَٱلَّذِينَ هُمْ عَنِ ٱللَّغْوِ مُعْرِضُونَ ٣٢١

"Sungguh beruntunglah orang-orang yang beriman, (yaitu) orang-orang khusyu‘ dalam sholatnya dan orang-orang yang menjauhkan diri dari (perbuatan dan perkataan) yang tiada berguna"

(QS al-Mu’minûn [23]: 1-3)

— dan ketakwaan— seperti firman Allah Swt; 

۞ وَٱتْلُ عَلَيْهِمْ نَبَأَ ٱبْنَىْ ءَادَمَ بِٱلْحَقِّ إِذْ قَرَّبَا قُرْبَانًۭا فَتُقُبِّلَ مِنْ أَحَدِهِمَا وَلَمْ يُتَقَبَّلْ مِنَ ٱلْـَٔاخَرِ قَالَ لَأَقْتُلَنَّكَ ۖ قَالَ إِنَّمَا يَتَقَبَّلُ ٱللَّهُ مِنَ ٱلْمُتَّقِينَ ٢٧

"sesungguhnya Allah hanya menerima dari orang-orang yang bertakwa" 

(QS al-Mâ’idah [5]: 27). 

Tentang ini Rasulullah bersabda; “Orang yang mendirikan sholat dua rakaat dengan menghadapkan hatinya kepada Allah , dia keluar dari dosa-dosanya seperti pada hari dilahirkan ibunya.”

Ketahuilah bahwa tidak ada yang membuat lalai dari sholat selain pikiran-pikiran yang sibuk. Hal itu harus dihilangkan. Kadang-kadang bolih dilakukan dengan sholat dalam kegelapan atau di tempat yang sunyi, jauh dari kebisingan, tidak menggunakan sajadah yang berwarna-warni, dan tidak mengenakan pakaian yang bercorak yang dapat menarik perhatiannya ketika sedang sholat. Sebagaimana diriwayatkan bahwa Rasulullah mengenakan gamis bercorak yang diberikan Abû Jaham رضي الله عنه , lalu beliau sholat. Setelah selesai sholat, beliau meninggalkannya dan berkata;

“Bawalah gamis ini kepada Abû Jaham. Pakaian ini telah melalaikanku dari sholatku.” 

Rasulullah juga pernah memperbarui tali sandalnya. Kemudian, ketika sedang shalat, beliau selalu memandangnya. Setelah selesai sholat, beliau memerintahkan agar tali itu dilepas dan diganti dengan tali yang lama. Selain itu, Rasulullah pernah mengenakan cincin emas pada jarinya sebelum hal itu diharamkan. Ketika duduk di atas mimbar, beliau melemparkannya dan berkata, “Ini telah menyibukanku dengan sekali-sekali memandangnya dan sekali-sekali memandang kalian.”

Seorang sahabat sholat di rumahnya dekat jendela, sementara pohon kurma di samping rumahnya sedang berbuah lebat. Sekali-sekali dia memandang buah kurma itu dan merasa kagum terhadapnya. Kerana itu, dia lupa berapa rakaat.yang telah dia kerjakan. Lalu, hal itu disampaikan kepada ‘Utsmân رضي الله عنه. ‘Utsmân رضي الله عنه  memerintahkan agar buah kurma itu disedekahkan di jalan Allah.

Kemudian, orang itu menjualnya dengan harga lima puluh ribu. Sementara itu, seorang ulama salaf berkata, “Ada empat hal dalam sholat yang sia-sia, yaitu berpaling, mengusap wajah, meniup debu (pada tempat sujud), dan sholat di jalan tempat lalu-lalang orang lain.” Hal itu pun ditegaskan Rasulullah;

 “Allah  menghadap kepada orang yang sholat selama dia tidak berpaling.”

Karena itu, jika sedang sholat, Abû Bakar al-Shiddîq رضي الله عنه berdiri tegak seperti tiang. Sementara, sahabat yang lain apabila sedang rukuk tampak tenang seperti benda mati sehingga tidak merasakan burung-burung yang hinggap di punggungnya. Semua itu merupakan sikap yang biasanya dituntut di hadapan orang besar dari penghuni dunia. Mengapa hal itu tidak dituntut di hadapan Raja-raja?

Dalam Taurat termaktub;  “Wahai anak Adam, janganlah merasa lemah untuk berdiri di hadapan- Ku dalam keadaan sholat dan menangis. Aku adalah Allah yang dekat kepada kalbumu dan dalam gaib engkau melihat cahaya-Ku.

Abû al-‘Âliyyah ditanya tentang firman Allah :

ٱلَّذِينَ هُمْ عَن صَلَاتِهِمْ سَاهُونَ ٥

"Orang-orang yang lalai dalam shalatnya"

(QS al-Mâ’ûn [107]: 5).

Dia menjawab, “Orang-orang yang lalai dalam shalatnya hingga tidak sadar apakah dia pada rakaat genap atau pada rakaat ganjil.”

Sementara itu, al-Hasan berkata, “Yaitu yang lalai terhadap waktu sholat sehingga berlalu.”

Karena itu, Rasulullah bersabda; Allah  berfirman;

 ‘Hamba-Ku tidak selamat dari (murka)-Ku kecuali dengan menunaikan apa yang Aku wajibkan kepadanya.”

Hukuman bagi yang Meninggalkan Sholat. Ketika mengabarkan tentang para penghuni Neraka Jahim, Allah swt berfirman; 

مَا سَلَكَكُمْ فِى سَقَرَ قَالُوا۟ لَمْ نَكُ مِنَ ٱلْمُصَلِّينَ وَلَمْ نَكُ نُطْعِمُ ٱلْمِسْكِينَ وَكُنَّا نَخُوضُ مَعَ ٱلْخَآئِضِينَ ٤٥٤٤٤٣٤٢

"Apakah yang membawa kalian masuk neraka? Mereka menjawab, “Kami tidak termasuk orang-orang yang mengerjakan sholat. Dan kami tidak memberi makan orang miskin. Dan kami beromongkosong bersama-sama orang yang beromongkosong "

(QS al-Muddaststir [74]: 42-45).

Ahmad meriwayatkan bahwa Rasulullah bersabda; 

 “(Batas) antara seseorang dan kekufuran adalah meninggalkan sholat.”

‘Ubâdah bin al-Shâmit رضي الله عنه berkata;

 “Kekasihku (Rasulullah) berwasiat kepadaku akan”tujuh hal, di antaranya,  beliau bersabda;

  • Pertama beliau bersabda; "Janganlah kalian menyekutukan Allah  dengan sesuatu apa pun walaupun kalian dipenggal, dibakar, atau disalib.’
  • Kedua, beliau bersabda: ‘Janganlah kalian tinggalkan sholat dengansengaja. Barangsiapa meninggalkannya dengan sengaja, dia telah keluar dari agama ini.’ 
  • Ketiga,beliau bersabda:  ‘Janganlah kalian mengerjakan maksiat, kerana hal itu menjadi sebab murka Allah .
  • Keempat, beliau bersabda; ‘Janganlah kalian meminum khamar, kerana ia merupakan induk segala perbuatan dosa.”’

Al-Thabrânî berkata;  “Tidak ada keimanan bagi orang yang tidak amanah. Tidak ada shalat bagi orang yang tidak bersuci. Tidak ada agama bagi orang yang tidak sholat. Sesungguhnya posisi sholat dalam agama seperti posisi kepala terhadap tubuh.”

Ibn Mâjah dan al-Bayhaqî meriwayatkan hadis dari Abû al-Dardâ’ Ra. Dikatakannya: “Kekasihku (Rasulullah) berwasiat kepadaku; ‘Janganlah menyekutukan Allah dengan sesuatu apa pun walaupun kamu dipenggal dan dibakar. Jangalnah kamu meninggalkan sholat wajib dengan sengaja. Barangsiapa yang meninggalkannya, dia telah melepaskan diri darijaminan (Allah ). Janganlah meminum khamar, kerana ia pangkal dari segala kejahatan.”

Dalam al-Mutâbi’ât terdapat hadis yang diriwayatkan al-Thabrânî yang berbunyi; “Seorang laki-laki datang kepada RasulullahDia berkata, ‘Wahai Rasulullah, beritahukanlah kepadaku satu amalan yang jika aku amalkan, aku masuk surga.’ Rasulullah bersabda, ‘Janganlah menyekutukan Allah  dengan sesuatu apa pun walaupun kamu disiksa dan dibakar. Taatilah kedua orang tua walaupun mereka mengambil hartamu dan segala sesuatu milikmu. Janganlah meninggalkan sholat dengan sengaja, kerana siapa yang meninggalkannya dengan sengaja, dia telah melepaskan diri dari jaminan Allah .’”

Dalam sebuah riwayat yang ber-sanad baik, tetapi ada periwayatan yang terputus, disebutkan;

“Janganlah kamu menyekutukan Allah  dengan sesuatu apa pun walaupun kamu dibunuh dan dibakar. Janganlah kamu menyakiti kedua orang tuamu walaupun mereka menyuruhmu agar meninggalkan keluarga dan hartamu.

'Janganlah kamu meninggalkan sholat wajib dengan sengaja, karena siapa yang meninggalkannya dengan sengaja, dia telah keluar dari jaminan Allah .

'Janganlah meminum khamar, karena hal itu merupakan induk dari segala kejelekan.

'Hati-hatilah kamu terhadap maksiat, karena maksiat   menyebabkan  murka  Allah 

'Waspadalah kamu, jangan lari dari pasukan walaupun orang-orang telah gugur. Bersikap teguhlah dan berilah nafkah kepada keluargamu dari hasil usahamu. 

'Janganlah meninggikan tongkatmu kepada mereka sebagai tanda kesopanan. Ingatkan mereka agar takut kepada Allah .”

Ayyûb Al Ansariرضي الله عنه berkata, “Meninggalkan sholat berarti kekufuran. Tidak ada perbedaan pendapat dalam hal itu. Allah  berfirman: 

۞ فَخَلَفَ مِنۢ بَعْدِهِمْ خَلْفٌ أَضَاعُوا۟ ٱلصَّلَوٰةَ وَٱتَّبَعُوا۟ ٱلشَّهَوَٰتِ ۖ فَسَوْفَ يَلْقَوْنَ غَيًّا ٥٩

"Kemudian mereka digantikan oleh keturunan-keturunan yang mencuaikan sembahyang serta menurut hawa nafsu (dengan melakukan maksiat); maka mereka akan menghadapi azab (dalam neraka),.

 (QS Maryam [19]: 59).

Tentang ayat di atas, Ibnu Mas’ûd berkata; 

“Makna adhâ’ûhâ bukan meninggalkan-nya   secara keseluruhan, melainkan mengakhirkannya  dari waktunya.” 

Adapun Sa’îd bin Musayyab رضي الله عنه berkata; 

“Maksudnya adalah tidak sholat zhuhur hingga tiba waktu asar, tidak sholat ‘ashar hingga tiba waktu maghrib, tidak shalat maghrib hingga tiba waktu ‘isya’, tidak sholat ‘isya’ hingga tiba waktu shubuh, dan tidak sholat shubuh hingga terbit matahari. 

Barangsiapa yang mati sementara dia masih tetap melakukan hal itu dan tidak bertobat, Allah  menjanjikan  baginya baghy. Baghy adalah sebuah jurang terjal dan keras siksaannya di dalam Neraka Jahanam.

Allah berfirman; 

يَـٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُوا۟ لَا تُلْهِكُمْ أَمْوَٰلُكُمْ وَلَآ أَوْلَـٰدُكُمْ عَن ذِكْرِ ٱللَّهِ ۚ وَمَن يَفْعَلْ ذَٰلِكَ فَأُو۟لَـٰٓئِكَ هُمُ ٱلْخَـٰسِرُونَ ٩

"Hai orang-orang beriman, janganlah harta benda dan anak-anak kalian melalaikan kalian dari mengingat Allah (dzikrillâh). Dan siapa yang berbuat begitu, itulah orang-orang yang menderita kerugian "

(QS al- Munâfiqûn [63]: 9).

Jamaah ahli tafsir mengatakan, “Yang dimaksud dengan dzikrillâh—pada ayat tersebut— adalah sholat lima waktu. Barangsiapa yang dilalaikan oleh hartanya dari shalat pada waktunya, seperti perdagangan, pekerjaan, atau anak, dia termasuk orang-orang yang merugi. Oleh karena itu, Rasulullah bersabda, “Yang pertama dihisab dari amalan hamba pada hari kiamat adalah shalatnya. Jika shalatnya baik, dia beruntung dan selamat. Akan tetapi, jika shalatnya kurang, dia merugi.” Allah  berfirman; 

فَوَيْلٌۭ لِّلْمُصَلِّينَ ٱلَّذِينَ هُمْ عَن صَلَاتِهِمْ سَاهُونَ ٥٤

"(Kalau orang yang demikian dikira dari bilangan orang-orang yang mendustakan ugama), maka kecelakaan besar bagi orang-orang Ahli Sholat -(laitu) mereka yang berkeadaan lalai daripada menyempurnakan sholatnya"

(QS al-Mâ’ûn [107]: 4-5).

Tentang ayat di atas, Rasulullah bersabda: “Yaitu orang-orang yang mengakhirkan sholat dari waktunya.”

Ahmad, al-Thabrânî, dan Ibn Hibbân dalam Shahîh-nya meriwayatkan bahwa pada suatu hari, Rasulullah menyebut-nyebut sholat. Beliau bersabda: “Barangsiapa memeliharanya, baginya cahaya, burhân, dan keselamatan pada hari kiamat. Akan tetapi, barangsiapa tidak memeliharanya, dia tidak akan mendapat cahaya, burhân, dan keselamatan. Pada hari kiamat, dia tinggal bersama Qârûn, Fir’aûn, Hâmân, Ubay bin Khalaf.”

Abû Ya’lâ meriwayatkan hadis dengan sanad hasan dari Mush’ab bin Sa’adرضي الله عنه.. Katanya, “Aku berkata kepada bapakku, ‘Wahai ayah, pernahkah ayah membaca firman Allah , (Yaitu) mereka yang lalai dari sholatnya. Siapa dari kita yang tidak pernah lalai? Siapa dari kita yang tidak pernah berkata dalam hati—ketika sholat?” Bapaknya menjawab, “Bukan begitu. Maksudnya adalah melewatkan waktunya.”

Al-Wayl adalah siksaan yang keras. Ada yang mengatakan, sebuah jurang di dalam Neraka Jahanam. Kalau gunung dunia diperjalankan di situ, niscaya meleleh karena amat panasnya. Itu adalah tempat tinggal orang-orang yang meremehkan shalat dan mengakhirkannya dari waktunya kecuali orang-orang yang bertobat kepada Allah  dan menyesali kelalaiannya. Al-Bukhârî meriwayatkan hadis dari Samrah bin Jundab رضي الله عنه., bahwa pada suatu hari Rasulullah bersabda, “Tadi malam datangdua makluk kepadaku. Mereka membawaku. Mereka berkata kepadaku, ‘Marilah pergi.’ Aku pun pergi bersama mereka. Kami menemui seorang laki-laki yang sedang berbaring. Kemudian, sebuah batu dijatuhkan ke atas kepalanya sehingga berdarah. Hal itu dia lakukan terusmenerus.

Aku bertanya kepada kedua makhluk itu, ‘Mahasuci Allah, apa ini?’ Namun, mereka hanya mengatakan kepadaku, ‘Marilah pergi.’ Aku pun pergi bersama mereka. Lalu kami menemui seorang laki-laki yang ditengkuknya ada pengait dari besi. Tiba-tiba datang seseorang yang berwajah jelek, lalu menyobek sudut mulut orang tadi hingga ke tengkuknya, menyobek hidung hingga ke tengkuknya, dan menyobek kedua mata hingga ke tengkuknya. Kemudian, dia pindah ke sisi yang lain dan melakukan seperti apa yang dilakukan pada orang pertama. Dia tidak menyelesaikan pekerjaan itu sebelum orang yang di sebelahnya sembuh seperti sediakala. Setelah itu, dia kembali lagi kepadanya dan melakukan pekerjaan yang sama. Aku bertanya: 

‘Mahasuci Allah, apa ini?’ Namun, lagi-lagi mereka hanya mengatakan kepadaku, ‘Marilah kita pergi.’ Lalu, kami pergi dan menemui suatu tempat yang menyerupai tanur. Tiba-tiba terdengar suara gaduh. Kemudian, kami melihatnya, tampaklah di dalamnya sejumlah laki-laki dan perempuan yang bertelanjang.

Lalu, api keluar dari bawah kaki mereka. Setiap kali api itu datang kepada mereka, mereka ribut ketakutan.

Aku bertanya kepada kedua makhluk itu; ‘Mahasuci Allah, kenapa mereka?’ Namun, kedua makhluk itu berkata, ‘Marilah kita pergi.’ Kami pergi, lalu mendapati sebuah sungai yang dialiri air yang berwarna merah seperti darah. Di sungai itu ada seorang laki-laki yang sedang berenang. Ketika sampai di tepi sungai, dia mengumpulkan batubatu banyak sekali. Lalu memasukkannya ke dalam mulutnya. Dia berenang lagi, kembali ke situ. Setiap kali dia kembali ke tepi sungai itu, dia membuka mulutnya dan memasukkan batu ke dalamnya. Aku bertanya kepada mereka, ‘Apa ini?’ Mereka berkata, ‘Marilah kita pergi.’

Lalu, kami pergi dan mendapati seseorang yang tampak sangat menjijikkan. Tiba-tiba di sekelilingnya muncul api. Aku bertanya lagi kepada mereka, ‘Apa ini?’ Mereka berkata, ‘Marilah kita pergi.’ Lalu, kami pergi menuju taman yang ditumbuhi pohon-pohon yang sangat tinggi. Di tengah taman itu berdiri seseorang yang berbadan amat tinggi, hampir-hampir aku tidak melihat kepalanya yang menjulang ke langit. Di sekeliling orang itu aku lihat banyak anak. Aku bertanya kepada kedua makhluk itu, ‘Apa ini?’ Mengapa mereka?’

Mereka berkata kepadaku, ‘Marilah kita pergi.’ Segera kami pergi, lalu aku mendapati sebuah pohon yang sangat besar yang sebelumnya tidak pernah aku lihat pohon sebesar dan seindah itu. Kedua makhluk itu berkata kepadaku,

‘Panjatlah.’ Kemudian, kami memanjatnya sehingga dapat melihat sebuah kota dengan limpahan cairan emas dan cairan perak. Kami mendatangi pintu kota itu dan membukanya. Pintu itu terbuka, lalu kami memasukinya.

Di situ kami mendapati banyak laki-laki. Sebagian dari mereka sangat tampan, sedangkan sebagian lagi tampak jelek. Kedua makhluk itu berkata kepada sekelompok orang yang jelek, ‘Pergilah dan menceburlah ke dalam sungai.’ Sungai itu seluas samudera dan airnya putih jernih. Mereka pun pergi dan mencebur ke dalam sungai itu. Kemudian, mereka kembali kepada kami dan hilanglah kejelekan dari mereka. Mereka menjadi sebaikbaik rupa. Kedua makhluk itu berkata kepadaku,

‘Inilah surga ‘Aden, dan inilah tempat tinggalmu.’ Lalu, aku mengangkat pandanganku ke atas. Tiba-tiba aku lihat sebuah istana seperti awan putih. Kedua makhluk itu berkata kepadaku, ‘Inilah tempat tinggalmu.’ Lalu, aku katakan kepada mereka, ‘Semoga Allah  memberkatimumaka biarkanlah aku memasukinya.’ Namun, mereka berkata, ‘Kini beum saatnya engkau memasukinya.’ Aku katakan kepada mereka,

‘Pada malam ini aku melihat ketakjubkan. Apa arti semua yang kulihat ini?’ Mereka menjawab, ‘Aku akan mengabarkannya kepadamu. Lakilaki pertama yang engkau temui sedang melukai kepalanya dengan batu ialah orang yang mengambil al-Quran lalu menolaknya dan melalaikan shalat fardhu. Laki-laki yang engkau temui sedang menyobek sudut mulutnya hingga ke tengkuknya, bibirnya hingga ke tengkuknya, dan kedua matanya hingga ke tengkuknya ialah orang yang berangkat dari rumahnya, lalu membuat kebohongan di mana-mana. Lakilaki dan perempuan yang bertelanjang di suatu tempat yang menyerupai tanur ialah para pezina. Laki-laki yang engkau temui sedang berenang di sungai dan memasukkan batu ke mulutnya adalah pemakan riba. 

Laki-laki yang tampak jelek dan dikelilingi api adalah pemimpin yang  zalim. Laki-laki yang berbadan tinggi yang ada di tengah taman adalah Ibrâhîm As, adapun anak-anak yang mengelilinginya adalah setiap anak yang meninggal dunia dalam keadaan fitrah—belum akil baligh.”Seorang sahabat bertanya, “Wahai Rasulullah, termasuk anak-anak orang musyrik?” 

Beliau menjawab,

“Ya, termasuk anak-anak orangmusryik.”

Kemudian beliau melanjutkan ceritanya; “Kaum yang sebagiannya berwajah tampan dan sebagian lain berwajah jelek adalah mereka yang mencampurkan amal saleh dan amal jelek. Namun, Allah telah mengampuni mereka.”

Adapun dalam hadis yang diriwayatkan al-Bazzâr disebutkan: “… kemudian Rasulullahmenemui suatu kaum yang terus-menerus memecahkan kepala mereka dengan batu dan tidak membuat mereka lemah. Aku bertanya kepada Jibrîl, ‘Wahai Jibrîl, siapakah mereka itu?’ 

Jibrîl menjawab; ‘Mereka adalah orang-orang yang malas mendirikan shalat.’”

Ahmad, Abû Dâwûd, al-Nasá’î, Ibn Mâjah, dan al-Hâkim meriwayatkan bahwa Rasulullah bersabda, “Amalan hamba yang pertama kali dihisab pada hari kiamat adalah shalatnya. Jika shalatnya sempurna, dituliskan baginya sempurna.

Akan tetapi, jika shalatnya tidak sempurna, Allah  berkata kepada para malaikat, ‘Lihatlah, apakah kalian menemukan pada hamba-Ku sholat sunnah, (jika ya), maka sempurnakanlah dengannya sholat-sholat wajibnya.’

Demikianpula zakat. Kemudian, seluruh amalan dihisab seperti itu.”

Selain Ibn Mâjah, mereka juga meriwayatkan, bahwa Rasulullah bersabda, “Amalan manusia yang pertama kali dihisab pada hari kiamat adalah sholat. Lalu, Tuhan kita ‘Azza wa

Jalla—walaupun Dia Maha Mengetahui— berkata kepada para malaikat, ‘Lihatlah sholat hamb-Ku, apakah sempurna atau cacat?” Jika sholat itu sempurna, dituliskan sempurna. “Akan tetapi, jika sholat itu sedikit cacat, Allah berkata kepada para malaikat,

‘Lihatlah, apakah hamba-Ku ada shalat sunnah? Jika ada, sempurnakanlah

sholat-sholat wajibnya dengan sholat-sholat sunnahnya.’ Kemudian, amalan-amalan lain dihisab seperti itu.”

Al-Thayâlis dan al-Thabrânî, serta al-Dhiyâ’ dalam al-Mukhtârah, meriwayatkan bahwa Rasulullah bersabda, “Jibrîl datang kepadaku dari sisi Allah . Dia berkata, ‘Wahai Muhammad. Allah ‘Azza wa Jalla berkata, ‘Aku telah mewajibkan  kepada umatmu sholat lima waktu.

Barangsiapa yang menyempurnakannya dengan wudhu, waktu-waktunya, rukuk-rukuknya, dan sujud-sujudnya, Aku menjanjikan kepadanya surga. Akan tetapi, siapa yang menemui-Ku setelah dia tidak menyempurnakannya, tidak adajanji-Ku baginya.   Jika Aku mau, Aku menyiksanya atau memberinya rahmat.”’

Al-Daylamî berkata;

 “Sholat itu menghitamkan wajah setan, sedekah meremukkan punggungnya, serta saling mencintai karena  Allah dan mencintai ilmu menghancurkan bokongnya. Apabila kalian melakukan hal itu, setan menjauh darimu, seperti terbitnya matahari dari tempat terbenamnya.”

Al-Dzahabî meriwayatkan bahwa Rasulullah bersabda, “Jika hamba menegakkan sholat pada waktunya, sholat itu naik ke langit dan memiliki cahaya hingga sampai ke ‘Arsy. Dia memohonkan ampunan untuk orang yang mengerjakannya hingga hari kiamat. Dia berkata kepadanya, ‘Semoga Allah memeliharamu sebagaimana engkau telah memeliharaku.’

Akan tetapi, jika hamba mengerjakan sholat di luar waktunya, sholat itu naik ke langit dalam kegelapan. Ketika sampai di langit, ia dilipat sebagaimana dilipatnya pakaian, lalu dipukulkan ke wajah pelakunya.”

Diriwayatkan dalam sebuah hadis, “Barangsiapa memelihara sholat, Allah  memuliakannya dengan lima hal, yaitu dihilangkan darinya kesempitan hidup dan siksa kubur, Allah  memberikan kepadanya kitabnya melalui tangankanan-Nya, diperjalankan di atas at-shirâth seperti kilat, dan masuk surga tanpa dihisab. Akan tetapi, barangsiapa yang meremehkan sholat,

Allah  menyiksanya dengan lima belas macam siksaan; lima macam diberikan di dunia, tiga macam diberikan ketika mati, tiga macam diberikan ketika dikeluarkan dari kubur. Yang diberikan di dunia adalah dicabut berkah dari umurnya, dihapus tanda orang-orang saleh dari  wajahnya,  setiap perbuatan baiknya tidak diberi  pahala oleh Allah , tidak diangkat doanya ke langit, dan tidak memperoleh bagian dari doa orang- orang saleh. Yang diberikan ketika mati adalah kementerian kematian dalam kehinaan, dalam kelaparan, dan dalam kehausan.

Kalau air laut di dunia diminumkan kepadanya tidak akan hilang dahaganya. Yang diberikan di dalam kubur adalah disempitkan kuburannya hingga patah tulang- tulang rusuknya, dinyalakan api di dalam kuburnya sehingga dia berguling- guling di atas bara api itu siang dan malam, dan dikerubungi ular bernama al-syujâ’ al-aqra’ yang matanya dari api, kukunya dari besi, dan panjangnya sepanjang jarak perjalanan satu hari. Ular itu berkata kepada mayit, Akulah al-syujâ’ al-aqra’. ‘Suaranya seperti guntur yang menggelegar.

Ia berkata. ‘Tuhanku telah menyuruhku untuk memukulmu karena  disia-siakannya  sholat subuh hingga terbit matahari, akan memukulmu kerana disia-siakannya sholat zhuhur hingga tiba waktu ‘ashar, aku memukulmu karena disia-siakannya sholat asar hingga tiba waktu maghrib, aku memukulmu karena disia-siakannya sholat magrib hinggga tiba waktu ‘isya’, dan aku memukulmu karena disia-siakannya sholat ‘isya’ hingga terbit fajar.

Setiap kali ia memukul dengan satu pukulan, orang itu terbenam ke dalam bumi sedalam 70 hasta. Dia terus- menerus disiksa hingga hari kiamat. Adapun siksaan yang diberikan ketika dikeluarkan dari kubur adalah di tempat perhentian hari kiamat dengan kerasnya penghisaban, kemurkaan Tuhan, dan masuk neraka.”

Dalam riwayat lain disebut: Dia didatangi pada hari kiamat dengan tiga kalimat tertulis pada wajahnya. 

  1. Kalimat pertama: “Wahai orang yang menyi-nyiakan hak Allah.” 
  2. Kalimat ke-2: “Wahai orang yang dikhususkan dengan kemurkaan Allah”.
  3. Kalimat ke-3: “Engkau telah menyianyiakan hak Allah di dunia, pada hari ini engkau putus asa dari rahmat Allah.” 
    1. *Perincian jumlah yang disebutkan dalam hadis di atas tidak berjumlah 15, karena hanya disebutkan 14. Barangkali perawi lupa menyebutkan yang ke-15.

Ibn ‘Abbâs رضي الله عنه. berkata, “Ketika tiba hari kiamat, didatangkanlah seseorang. Dia berdiri di hadapan Allah ‘Azza wa Jalla. Lalu, Allah memerintahkannya pergi ke neraka. Dia bertanya, ‘Ya Tuhanku, mengapa?’ Allah  menjawab, ‘Kerana engkau telah mengerjakan shalat di luar waktunya dan bersumpah dusta dengan nama- Ku.”

Diriwayatkan bahwa pada suatu hari Rasulullah berkata kepada para sahabat, ‘Ucapkanlah, ‘Ya Allah, janganlah Kau biarkan kami menjadi syaqiy dan mahrûm.” 

Kemudian beliau bertanya kepada mereka, “Apakah syaqiy dan mahrûm itu?” Lalu beliau menjawab sendiri, “Yaitu orang yang meninggalkan sholat.”

Diriwayatkan pula bahwa seorang perempuan Bani Israil datang kepada Nabi Mûsâ As, dia berkata, “Wahai Nabi Allah, aku telah mengerjakan perbuatan dosa besar dan aku telah bertobat kepada Allah . Maka berdoalah kepada Allah agar Dia mengampuni dosaku dan memaafkanku.” 

Mûsâ As bertanya;

“Apa dosamu?” Perempuan itu menjawab, “Wahai Nabi Allah, aku telah berzina dan melahirkan seorang anak, lalu aku membunuhnya.”

Kemudian, Mûsâ As berkata;

“Keluarlah engkau, hai pezina. Kalau turun api dari langit, pastilah ia membakar kita  karena dosamu.”

Perempuan itu keluar dari rumah Nabi Mûsâ As dengan hati yang hancur. Lalu Jibrîl As turun dan berkata; 

“Wahai Mûsâ, Tuhan mengatakan kepadamu, ‘Mengapa engkau tolak orang yang bertobat, wahai Mûsâ? Apakah engkau telah mendapati orang yang lebih jahat darinya?”

Mûsâ As bertanya, “Wahai Jibrîl, siapa yang lebih jahat darinya?” Jibrîl As menjawab, “Orang yang meninggalkan sholat dengan sengaja.”

Seorang ulama salaf meriwayatkan bahwa dia telah pindah menguburkan saudara perempuannya yang meninggal dunia. Lalu, ke dalam kuburan itu jatuh kantungnya yang berisi sejumlah uang tanpa dia sadari sehingga dia kembali dari kuburan itu. Kemudian, dia ingat akan kantung itu. Dia pun kembali ke kuburan itu. setelah orang-orang pulang, dia menggali kuburan itu. Dia mendapati kuburan itu menyala api. Segera dia mengurungnya kembali dengan tanah. Lalu, dia kembali kepada ibunya sambil menangis karena sedih. Dia berkata, “Wahai ibu, beritahukanlah kepadaku tentang saudara perempuanku.

Apa yang pernah dia perbuat?”

Ibunya bertanya, “Mengapa engkau menanyakannya?” Orang itu menjawab, “Wahai ibu, aku melihat kuburannya terbakar.”

Ibunya menangis dan berkata, “Wahai anakku, saudara perempuanmu itu pernah meremehkan sholat dan menunda-nundanya.”

Demikianah keadaan orang yang mengakirkan shalat dari waktunya (menunda-nundanya). Apalagi orang yang tidak sholat.

Kita memohon kepada Allah  agar menolong kita untuk memelihara shalat dengan sempurna pada waktunya. Sesungguhnya Dia Maha pemurah, Maha mulia, Maha pengasih, dan Maha penyayang.”


Rasulullahﷺ / Allahﷻ /      

رضي الله عنه.kementerian