Bab 9: Zakat - Mukasyafah Al Qulub

Zakat

 

Allah berfirman:

" Dan orang-orang yang membayarkan zakat "

(QS al-Mu’minûn [23]: 4).

Tentang ini juga, Abû Hurairah رضي الله عنه.

meriwayatkan bahwa Rasulullahﷺ  bersabda:

“Tidaklah pemilik emas dan perak yang tidak membayarkan zakatnya melainkan pada hari kiamat dipukulkan kepadanya lempengan-lempengan api, dibakar di dalam Neraka Jahanam, dan perut dan punggungnya diseterika dengan api"

Yakni, dipanaskan seluruh tubuhnya.Setiap kali  tubuhnya menjadi dingin, siksaan itu diulangi lagi. Hal itu terjadi pada suatu hari yang kadarnya lima puluh ribu tahun hingga diputuskan hukuman di antara para hamba. Dia dapat melihat jalannya, apakah ke surga atau ke neraka.”

Hal itu ditegaskan dengan firman Allah:

۞ يَـٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُوٓا۟ إِنَّ كَثِيرًۭا مِّنَ ٱلْأَحْبَارِ وَٱلرُّهْبَانِ لَيَأْكُلُونَ أَمْوَٰلَ ٱلنَّاسِ بِٱلْبَـٰطِلِ وَيَصُدُّونَ عَن سَبِيلِ ٱللَّهِ ۗ وَٱلَّذِينَ يَكْنِزُونَ ٱلذَّهَبَ وَٱلْفِضَّةَ وَلَا يُنفِقُونَهَا فِى سَبِيلِ ٱللَّهِ فَبَشِّرْهُم بِعَذَابٍ أَلِيمٍۢ يَوْمَ يُحْمَىٰ عَلَيْهَا فِى نَارِ جَهَنَّمَ فَتُكْوَىٰ بِهَا جِبَاهُهُمْ وَجُنُوبُهُمْ وَظُهُورُهُمْ ۖ هَـٰذَا مَا كَنَزْتُمْ لِأَنفُسِكُمْ فَذُوقُوا۟ مَا كُنتُمْ تَكْنِزُونَ ٣٥٣٤

"Wahai orang-orang yang beriman! Sesungguhnya banyak di antara pendita-pendita dan ahli-ahli ugama (Yahudi dan Nasrani) memakan harta orang ramai dengan cara yang salah, dan mereka menghalangi (manusia) dari jalan Allah (ugama Islam). Dan (ingatlah) orang-orang yang menyimpan emas dan perak serta tidak membelanjakannya pada jalan Allah, maka khabarkanlah kepada mereka dengan (balasan) azab seksa yang tidak terperi sakitnya.(Iaitu) pada hari dibakar emas perak (dan harta benda) itu dalam neraka jahanam, lalu diselar dengannya dahi mereka, dan rusuk mereka, serta belakang mereka (sambil dikatakan kepada mereka): "Inilah apa yang telah kamu simpan untuk diri kamu sendiri, oleh itu rasalah (azab dari) apa yang kamu simpan itu."

 (QS al-Taubah[9]: 34-35).

Rasulullahﷺ bersabda: “Kecelakaanlah bagi orang-orang kaya dari orang-orang fakir pada hari kiamat. Orang-orang fakir berkata, ‘Mereka wajibkan atas mereka.’ Lalu Allah berfirman, ‘Demi keagungan dan kemuliaan-Ku, pasti Aku akan mendekatkan kamu dan menjauhkan mereka.”’

Selanjutnya, Rasulullah Saw membaca ayat:

وَٱلَّذِينَ فِىٓ أَمْوَٰلِهِمْ حَقٌّۭ مَّعْلُومٌۭ لِّلسَّآئِلِ وَٱلْمَحْرُومِ ٢٥٢٤

"Dan mereka (yang menentukan bahagian) pada harta-hartanya, menjadi hak yang termaklum, Bagi orang miskin yang meminta dan orang miskin yang menahan diri (daripada meminta)"

(QS al-Ma’ârij [70]: 24-25).

Sekelompok tabi’in pergi mengunjungi Abû Sannân. Ketika mereka menemuinya dan duduk di sampingnya, dia berkata; “Berdirilah, mari kita berkunjung kepada tetangga kita yang kematian saudaranya. Kita ingin bertakziah kepadanya. “Kemudian, kami berdiri dari pergi bersamanya mengunjungi orang itu. kami mendapatinya sedang menangis tersedu-sedan dan mencemaskan saudaranya. Lalu, kami mulai bertakziah dan menghiburnya. Akan tetapi, dia tidak menerima takziyah dan pelipur dari kami. Kami katakan kepadanya, Tahukah Anda bahwa kematian itu adalah yang mesti ditempuhnya?’

Dia menjawab;  ‘Benar. Namun, aku menangisi dosa-dosa yang telah dilakukan saudaraku siang dan malam.’ 

Kami tanyakan kepadanya;  ‘Sudahkah Allah menampakkan hal gaib kepadamu?’ Dia menjawab; ‘Tidak. Namun, ketika aku menguburkannya dan menimbunnya dengan tanah serta orang-orang sudah kembali, aku duduk di samping kuburannya. Tiba-tiba ada suara dari dalam kuburannya yang mengatakan,

‘Oh, apakah mereka meninggalkanku sendiri menahan siksaan? Aku telah berpuasa dan mendirikan sholat.’ Perkataannya itu membuatku menangis. Aku menggali tanah itu untuk melihat apa yang terjadi padanya. Tiba-tiba, aku dapati kuburan itu telah dipenuhi api yang menyala-nyala.

Pada lehernya melingkar kalung dari api.

Rasa persaudaraan menyentuh hatiku, lalu aku ulurkan tanganku untuk menarik kalung itu dari lehernya.

Akan tetapi jari-jemari dan tanganku justru terbakar. Kemudian, dengan perlahan-lahan dia keluarkan tangannya. Tiba-tiba tangan itu nampak hitam terbakar. Lalu aku tidak menangisi keadaannya dan bersedih kerananya?’

Kami bertanya; ‘Apa yang pernah dilakukan saudaramu di dunia?’ 

Dia menjawab; ‘Ia tidak membayarkan zakat dari hartanya.’ Kerana itu, kami katakan, ‘Inilah kebenaran firman Allah Swt;,

وَلَا يَحْسَبَنَّ ٱلَّذِينَ يَبْخَلُونَ بِمَآ ءَاتَىٰهُمُ ٱللَّهُ مِن فَضْلِهِۦ هُوَ خَيْرًۭا لَّهُم ۖ بَلْ هُوَ شَرٌّۭ لَّهُمْ ۖ سَيُطَوَّقُونَ مَا بَخِلُوا۟ بِهِۦ يَوْمَ ٱلْقِيَـٰمَةِ ۗ وَلِلَّهِ مِيرَٰثُ ٱلسَّمَـٰوَٰتِ وَٱلْأَرْضِ ۗ وَٱللَّهُ بِمَا تَعْمَلُونَ خَبِيرٌۭ ١٨٠

"Janganlah sekali-kali orang-orang bakhil dengan harta yang Allah berikan kepada mereka dari karunia-Nya menyangka bahwa kebakhilan itu baik bagi mereka. Sebenarnya kebakhilan itu buruk bagi mereka. Harta yang mereka bakhilkan itu akan dikalungkan kelak di lehernya pada hari kiamat" 

(QS Âli ‘Imrân [3]: 180).

Bagi saudaramu disegerakan siksaan di dalam kuburnya hingga hari kiamat.’

Kemudian kami pergi dari situ dan menemui Abû Dzar, sahabat Rasulullahﷺ , lalu kami ceritakan padanya tentang orang itu. lalu kami katakan kepadanya, ‘Jika orang-orang Yahudi dan Nasrani mati, kami tidak pernah mendengar hal itu terjadi pada diri mereka.’ 

Abû Dzar menjawab; ‘Tidak diragukan, mereka itu pasti masuk neraka. Semata-mata Allah memperlihatkan kepadamu hal itu terjadi pada diri orang-orang yang beriman agar kamu mengambil pelajaran. Allah berfirman;

 وَلْتَكُن مِّنكُمْ أُمَّةٌۭ يَدْعُونَ إِلَى ٱلْخَيْرِ وَيَأْمُرُونَ بِٱلْمَعْرُوفِ وَيَنْهَوْنَ عَنِ ٱلْمُنكَرِ ۚ وَأُو۟لَـٰٓئِكَ هُمُ ٱلْمُفْلِحُونَ ١٠٤

"Maka barangsiapa melihat (kebenaran itu), (manfaatnya) bagi dirinya sendiri; dan barangsiapa buta (tidak melihat kebenaran itu), kemudaratannya kembali kepadanya. Dan aku (Muhammad) sekali-sekali bukanlah pemelihara kalian"

(QS al-An’âm [6]: 104).’”

Dalam hadis disebutkan bahwa Nabi Saw bersabda;

"Kedudukan penunggak zakat di sisi Allah adalah seperti orang-orang Yahudi dan Nasrani. Penunggak sepersepuluh dari hartanya yang harus dikeluarkan, kedudukannya di sisi Allah seperti orang Majusi. Adapun orang yang menunggak zakat 1/10 dari hartanya dilaknat oleh para malaikat dan Nabi Saw, dan tidak diterima kesaksiannya. 

"Selanjutnya dia berkata; 

"Berbahagialah orang yang menunaikan zakat 1/10 dari hartanya. Berbahagialah orang yang tidak disiksa (karena tidak membayarkan) zakat dan siksaan hari kiamat. Barangsiapa membayar zakat dari hartanya, Allah menghilangkan darinya siksaan kubur, mengharamkan dagingnya atas api neraka, mewajibkan baginya surga tanpa dihisab, dan tidak menimpakan padanya dahaga pada hari kiamat.”’

Rasulullahﷺ  bersabda:, “Barangsiapa yang bersedekah dengan sebiji kurma yang diperoleh dengan usaha yang halal, kerana Allah tidak menerima kecuali yang halal, Allah menerimanya dengan tangan kanan- Nya—yakni, menerima dengan berkah-Nya. Kemudian Dia melipatgandakan bagi pemiliknya, sebagaimana seseorang dari kalian melipatgandakan maharnya. 

Bahkan, satu suap akan menjadi sebesar Gunung Uhud.” Ini merupakan penjelasan terhadap firman  Allah

أَلَمْ يَعْلَمُوٓا۟ أَنَّ ٱللَّهَ هُوَ يَقْبَلُ ٱلتَّوْبَةَ عَنْ عِبَادِهِۦ وَيَأْخُذُ ٱلصَّدَقَـٰتِ وَأَنَّ ٱللَّهَ هُوَ ٱلتَّوَّابُ ٱلرَّحِيمُ ١٠٤

"Tidakkah mereka mengetahui bahwa Allah menerima tobat dan mengambil sedekah hamba-Nya?"

(QS al-Taubah [9]: 104). 

يَمْحَقُ ٱللَّهُ ٱلرِّبَوٰا۟ وَيُرْبِى ٱلصَّدَقَـٰتِ ۗ وَٱللَّهُ لَا يُحِبُّ كُلَّ كَفَّارٍ أَثِيمٍ ٢٧٦

"Allah susutkan (kebaikan harta yang dijalankan dengan mengambil) riba dan Ia pula mengembangkan (berkat harta yang dikeluarkan) sedekah-sedekah dan zakatnya. Dan Allah tidak suka kepada tiap-tiap orang yang kekal terus dalam kekufuran, dan selalu melakukan dosa."

(QS al-Baqarah [2]: 276).

Sedekah tidak mengurangi harta. Allah tidak menambahkan kepada seorang hamba yang pemaaf selain kemuliaan. Tidaklah seseorang berendah diri di hadapan Allah melainkan Allah meninggikan derajatnya.

Dalam hadis yang diriwayatkan al-Thabrânî disebutkan bahwa Rasulullahﷺ  bersabda, bahwa sedekah tidak mengurangi harta. Seorang hamba tidak mengulurkan tangannya untuk bersedekah melainkan sedekahnya sampai ke tangan Allah—yakni, Allah menerimanya dan meridhainya sebelum sampai ke tangan peminta. Seorang hamba tidak membuka pintu permintaan orang yang membutuhkan, tetapi dibukakan baginya pintu kefakiran. Hamba itu berkata, “Hasratku, hartaku…” Padahal dia hanya memiliki tiga jenis harta, yaitu yang dimakannya hingga hilang, yang dipakainya hingga usang, dan yang disedekahkannya hingga naik kepada- Ku. Selain itu tidak ada. Sementara itu, yang ditinggalkannya adalah untuk orang lain.

Dalam sebuah hadis yang diriwayatkan al-Thabrânî disebutkan bahwa Rasulullah bersabda:, “Perbuatan-perbuatan baik menutup pintu-pintu kejahatan, dan sedekah memadamkan murka Tuhan, menambah panjang umur.

Setiap perbuatan baik adalah sedekah, dan pelaku kebaikan di akhirat. Adapun pelaku kemungkaran di dunia adalah pelaku kemungkaran di akhirat.

"Orang pertama yang masuk surga adalah pelaku kebaikan.”

Al-Thabrânî dan Ahmad, meriwayatkan bahwa Rasulullah  ditanya: “Apa sedekah itu, wahai Rasulullah?” beliau menjawab; “Pahala yang dilipatgandakan, dan di sisi Allah ada tambahan.” Lalu beliau membaca ayat: 

مَّن ذَا ٱلَّذِى يُقْرِضُ ٱللَّهَ قَرْضًا حَسَنًۭا فَيُضَـٰعِفَهُۥ لَهُۥٓ أَضْعَافًۭا كَثِيرَةًۭ ۚ وَٱللَّهُ يَقْبِضُ وَيَبْصُۜطُ وَإِلَيْهِ تُرْجَعُونَ ٢٤٥

"Siapakah orangnya yang (mahu) memberikan pinjaman kepada Allah sebagai pinjaman yang baik (yang ikhlas) supaya Allah melipatgandakan balasannya dengan berganda-ganda banyaknya? Dan (ingatlah), Allah jualah Yang menyempit dan Yang meluaskan (pemberian rezeki) dan kepadaNyalah kamu semua dikembalikan.

(QS al-Baqarah [2]: 245).

Rasulullah pernah ditanya tentang sedekah yang paling utama. Beliau menjawab: “Sedekah yang diberikan secara sembunyi sembunyi kepada orang fakir atau yang dilakukan dengan sungguh-sungguh dari harta yang sedikit.”

Kemudian beliau membaca ayat: 

إِن تُبْدُوا۟ ٱلصَّدَقَـٰتِ فَنِعِمَّا هِىَ ۖ وَإِن تُخْفُوهَا وَتُؤْتُوهَا ٱلْفُقَرَآءَ فَهُوَ خَيْرٌۭ لَّكُمْ ۚ وَيُكَفِّرُ عَنكُم مِّن سَيِّـَٔاتِكُمْ ۗ وَٱللَّهُ بِمَا تَعْمَلُونَ خَبِيرٌۭ ٢٧١

"Kalau kamu zahirkan sedekah-sedekah itu (secara terang), maka yang demikian adalah baik (kerana menjadi contoh yang baik). Dan kalau pula kamu sembunyikan sedekah-sedekah itu serta kamu berikan kepada orang-orang fakir miskin, maka itu adalah baik bagi kamu; dan Allah akan menghapuskan dari kamu sebahagian dari kesalahan-kesalahan kamu. Dan (ingatlah), Allah Maha Mengetahui secara mendalam akan apa yang kamu lakukan.…" 

(QS al-Baqarah [2]: 271).

Muslim mana saja yang memberikan pakaian kepada Muslim lain yang tidak berpakaian, Allah memberinya pakaian dari sutra surga. Muslim mana saja yang memberikan makan kepada Muslim lain yang kelaparan, Allah akan memberikan makan dari buah-buahan surga. Muslim lain yang kehausan, Allah akan memberinya minum dengan anggur yang lazat.

Seorang sahabat pernah bertanya kepada Rasulullahﷺ tentang bagaimana Islam yang baik itu. Rasulullah  menjawab; “Engkau memberi makan dan mengucapkan salam kepada orang yang kamu kenal dan yang tidak kamu kenal.” Sahabat itu berkata, “Beritahukanlah kepadaku tentang setiap sesuatu.” 

Rasulullah menjawab;  “Setiap sesuatu diciptakan dari air.” Sahabat itu berkata lagi, “Beritahukanlah kepadaku sesuatu yang jika aku amalkan, aku akan masuk surga.”

Beliau menjawab, “Memberi makan, menyebarkan salam, menyambungkan tali silaturrahmi, dan sholat pada malam hari ketika orang-orang sedang terlelap tidur, niscaya engkau masuk surga.”

Pada hari kiamat, Allah berfirman, “Wahai anak Adam, Aku pernah sakit tetapi kamu tidak menjengukku.” Anak Adam bertanya; “Bagaimana aku menjenguk-Mu, sedangkan Engkau adalah Tuhan semesta alam?”

Allah menjawab;  “Tidakkah engkau tahu bahwa hamba-Ku, si Fulan, jatuh sakit, tetapi engkau tidak menjenguknya. Tidakkah engkau tahu bahwa apabila engkau menjenguknya, niscaya engkau mendapati Aku di sampingnya. 

Wahai anak âdam; "Aku meminta makan kepadamu, tetapi engkau tidak memberiku makan.” Anak âdam bertanya, “Wahai Tuhanku, bagaimana aku memberi-Mu makan, sedangkan Engkau adalah Tuhan semesta alam?” 

Allah menjawab; “Tidakkah engkau tahu bahwa hamba-Ku, si Fulan, meminta makan kepadamu, tetapi engkau tidak memberinya makan. Tidakkah engkau tahu bahwa apabila engkau memberinya makan, niscaya engkau mendapati hal itu di sisi-Ku.

Wahai anak âdam:, "Aku meminta minum kepadamu, tetapi engkau tidak memberi- Ku minum.”

Anak Adam bertanya, “Wahai Tuhanku, bagaimana aku memberi-Mu minum, sedangkan Engkau adalah Tuhan semesta alam?” 

Allah menjawab; “Hamba-Ku si Fulan, meminta minum kepadamu, tetapi engkau tidak memberinya minum. Tidakkah engkau tahu bahwa apabila engkau memberinya minum, niscaya engkau mendapati hal itu di sisi-Ku.”


Rasulullahﷺ / Allahﷻ /      

رضي الله عنه.