Monday

HADITH RIWAYAT - WABISHAH BIN MA’BAD BIN MALIK BIN UBAID AL-ASADI رضي الله عنه‎

Hadith 27 (Hadith Arbain) Syarah Hadith


Seorang sahabat yang datang kepada Rasulullah ketika berusia sembilan tahun, lalu memeluk Islam. Dia seorang yang sering menangis dan tidak boleh menahan air matanya. Tinggal di Raqqah dan meninggal di sana, serta meriwayatkan dari Rasulullah. sebanyak 11 hadis.

Apakah ciri-ciri kebaikan dan ciri-ciri keburukan sederhana yang bisa diketahui umat manusia?

Riwayat berikut ini menjelaskan tentang ciri sederhana kebaikan dan keburukan. Suata saat sahabat Wabishah bin Ma'baرضي الله عنه‎ pernah mendatangi Rasulullah. Kedatangannya untuk menanyakan tentang suatu hal yang meresahkannya.

Wabishah pun mendapati sejumlah sahabat sedang berada di sekeliling Rasulullah. Lantas ia melewati para sahabat dan berupaya mendekat pada Rasulullah. Para sahabat pun menegur Wabishah dan memintanya untuk menjauh dari RasulullahWabishah bin Ma'baرضي الله عنه‎ pun lantas menjawab:  

"Saya adalah Wabishah, biarkan saya mendekat padanya. Karena ia adalah orang yang paling aku cintai untuk berdekatan dengannya." 

Rasulullah pun memanggil Wabishah bin Ma'baرضي الله عنه‎ dan memintanya mendekat. Wabishah pun mendekat ke arah Rasulullah sehingga saking dekatnya lutut Wabishah bin Ma'baرضي الله عنه‎ menyentuh lutut Rasulullah

Rasulullah pun sudah mengetahui maksud tujuan Wabishah datang yakni untuk menanyakan perkara kebaikan dan keburukan. Maka Rasulullah pun memberikan jawaban dari segala pertanyaan yang membuat resah Wabishah bin Ma'baرضي الله عنه‎Rasulullah menjelaskan bahwa kebaikan adalah yang menenangkan dam menentramkan hati, sedang keburukan yang meresahkan.  

"Wahai Wabishah, aku akan memberitahukan (jawaban) kepadamu sesuatu yang menjadikanmu datang kemari." Saya berkata, "Wahai Rasulullah, beritahukanlah padaku." Maka beliau pun bersabda, "Kamu datang untuk bertanya mengenai kebaikan dan keburukan (dosa)." Saya berkata, 

"Benar." Beliau lalu menyatukan ketiga jarinya dan menepukkannya ke dadaku seraya bersabda, "Wahai Wabishah, mintalah petunjuk dari jiwamu. Kebaikan itu adalah sesuatu yang dapat menenangkan dan menentramkan hati dan jiwa. Sedangkan keburukan itu adalah sesuatu yang meresahkan hati dan menyesakkan dada, meskipun manusia membenarkanmu."   

Keterangan ini diperoleh dalam Musnad Ahmad nomor 17315. Berikut ayat  lengkap haditsnya:  

حَدَّثَنَا يَزِيدُ بْنُ هَارُونَ حَدَّثَنَا حَمَّادُ بْنُ سَلَمَةَ عَنِ الزُّبَيْرِ أَبِي عَبْدِ السَّلَامِ عَنْ أَيُّوبَ بْنِ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ مِكْرَزٍ عَنْ وَابِصَةَ بْنِ مَعْبَدٍ قَالَ أَتَيْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَأَنَا أُرِيدُ أَنْ لَا أَدَعَ شَيْئًا مِنْ الْبِرِّ وَالْإِثْمِ إِلَّا سَأَلْتُهُ عَنْهُ وَإِذَا عِنْدَهُ جَمْعٌ فَذَهَبْتُ أَتَخَطَّى النَّاسَ فَقَالُوا إِلَيْكَ يَا وَابِصَةُ عَنْ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِلَيْكَ يَا وَابِصَةُ فَقُلْتُ أَنَا وَابِصَةُ دَعُونِي أَدْنُو مِنْهُ فَإِنَّهُ مِنْ أَحَبِّ النَّاسِ إِلَيَّ أَنْ أَدْنُوَ مِنْهُ فَقَالَ لِي ادْنُ يَا وَابِصَةُ ادْنُ يَا وَابِصَةُ فَدَنَوْتُ مِنْهُ حَتَّى مَسَّتْ رُكْبَتِي رُكْبَتَهُ فَقَالَ يَا وَابِصَةُ أُخْبِرُكَ مَا جِئْتَ تَسْأَلُنِي عَنْهُ أَوْ تَسْأَلُنِي فَقُلْتُ يَا رَسُولَ اللَّهِ فَأَخْبِرْنِي قَالَ جِئْتَ تَسْأَلُنِي عَنْ الْبِرِّ وَالْإِثْمِ قُلْتُ نَعَمْ فَجَمَعَ أَصَابِعَهُ الثَّلَاثَ فَجَعَلَ يَنْكُتُ بِهَا فِي صَدْرِي وَيَقُولُ يَا وَابِصَةُ اسْتَفْتِ نَفْسَكَ الْبِرُّ مَا اطْمَأَنَّ إِلَيْهِ الْقَلْبُ وَاطْمَأَنَّتْ إِلَيْهِ النَّفْسُ وَالْإِثْمُ مَا حَاكَ فِي الْقَلْبِ وَتَرَدَّدَ فِي الصَّدْرِ وَإِنْ أَفْتَاكَ النَّاسُ قَالَ سُفْيَانُ وَأَفْتَوْكَ

“Wahai Wabishah, mintalah fatwa pada hatimu (3x), karena kebaikan adalah yang membuat tenang jiwa dan hatimu. Dan dosa adalah yang membuat bimbang hatimu dan goncang dadamu. Walaupun engkau meminta fatwa pada orang-orang dan mereka memberimu fatwa”
(HR. Ahmad no.17545).

 يَا وَابِصَةُ اسْتَفْتِ قَلْبَكَ وَاسْتَفْتِ نَفْسَكَ ثَلَاثَ مَرَّاتٍ الْبِرُّ مَا اطْمَأَنَّتْ إِلَيْهِ النَّفْسُ وَالْإِثْمُ مَا حَاكَ فِي النَّفْسِ وَتَرَدَّدَ فِي الصَّدْرِ وَإِنْ أَفْتَاكَ النَّاسُ وَأَفْتَوْكَ

Kandungan Hadist

1. Hati yang bening dan bersih akan resah dan bimbang ketika berbuat salah dan dosa. Maka hadits ini berlaku bagi orang yang demikian, sehingga ketika orang yang sifatnya demikian melakukan sesuatu yang membuat hatinya resah dan bimbang, bisa jadi itu sebuah dosa.

(استفت نفسك) المطمئنة الموهوبة نورا يفرق بين الحق والباطل والصدق والكذب إذ الخطاب لوابصة وهو يتصف بذلك

“‘Mintalah fatwa pada hatimu‘, yaitu hati yang tenang dan hati yang dikaruniai cahaya, yang bisa membedakan yang haq dan yang batil, yang benar dan yang dusta. Oleh karena itu disini Nabi berbicara demikian kepada Wabishah yang memang memiliki sifat tersebut”
(Al Munawi , Faidhul Qadir, 1/495).

2. Wabishah bin Ma’bad bin Malik bin ‘Ubaid Al-‘Asadi  رضي الله عنه‎adalah seorang sahabat Rasulullah, generasi terbaik yang diridhai oleh Allah. Beliau juga dikenal ahli ibadah dan sangat wara’. Maka layaklah Rasulullah bersabda ‘mintalah fatwa pada hatimu‘ kepada beliau.

قال: استفت قلبك) أي اطلب الفتوى منه، وفيه إيماء إلى بقاء قلب المخاطب على أصل صفاء فطرته وعدم تدنسه بشىء من آفات الهوى الموقعة فيما لا يرضى، ثم بين نتيجة الاستفتاء وأن فيه بيان ما سأل عنه

“Sabda beliau ‘istafti qalbak‘, maknanya: mintalah fatwa pada hatimu. Ini merupakan isyarat tentang keadaan hati orang yang ajak bicara (Wabishah bin Ma'baرضي الله عنه‎) bahwa hatinya masih suci di atas fitrah, belum terkotori oleh hawa nafsu terhadap sesuatu yang tidak diridhai Allah, lalu Rasulullah menjelaskan buah dari meminta fatwa dari hati yang demikian, dan bahwasanya di sana ada jawaban dari apa yang ia tanyakan”
(Ibnu Allan Asy Syafi’I, Dalilul Falihin, 5/34).

3. Orang yang memiliki ilmu agama mengetahui yang halal dan yang haram. Mengetahui batasan-batasan Allah. Mengetahui hak-hak Allah dan hak-hak hamba. Maka dengan ilmu yang miliki tersebut tentu ia akan merasa tidak tenang jika melakukan sesuatu yang melanggar ajaran agama. Berbeda dengan orang yang jahil yang tidak paham agama, tidak paham hak-hak Allah dan hak-hak hamba, ketika melakukan kesalahan dan dosa ia merasa biasa saja atau bahkan merasa melakukan kebenaran.

4. Qolbun salim akan condong kepada ketaatan dalam menjalankan setiap apa yang diperintahkan dan menjauhi segala apa yang dilarang sesuai dengan tuntunannya dengan penuh keikhlasan. Hati orang beriman dalam hal ini akan  gelisah bila berseberangan dengan tuntunan Allah dan Rasul-Nya.

Allah berfirman :

فَإِنْ تَنَازَعْتُمْ فِي شَيْءٍ فَرُدُّوهُ إِلَى اللَّهِ وَالرَّسُولِ إِنْ كُنْتُمْ تُؤْمِنُونَ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الْآخِرِ ذَلِكَ خَيْرٌ وَأَحْسَنُ تَأْوِيلًا

Jika kamu berlainan pendapat tentang sesuatu, maka kembalikanlah ia kepada Allah (Al Qur’an) dan Rasul (sunnahnya), jika kamu benar-benar beriman kepada Allah dan hari kemudian. Yang demikian itu lebih utama (bagimu) dan lebih baik akibatnya.”
(QS. An Nisa: 59).