Sunday

Amalan2 muamalah dan usaha melaksanakan juga pensaksian hukum.

 Amalan2 Muamalah dan yang berkaitan.



        Muamalah meliputi, perlaksanaan dan pematuhan hukum Islam.;

• Ideologi Islam : Ide hukum semua dari Allah  yaitu Al Qur’an & Hadist, dimana sebagai hamba Allah harus berhukum dengan hukum yang telah ditetapkan oleh Allah  sesuai dalam Al qur’an dan As-sunnahNya dengan bermabdakan islam, bukan ideologi kapitalis atau sosialism

• Politik Islam : segala sesuatu yang mengurus urusan umat dengan meniru politik islam yang telah diajarkan oleh Rasulullah 

• Ekonomi Islam :dalam sitem ekonomi islam telah mengatur transaksi jual-beli, kerja sama ekonomi antara Negara, mengharamkan riba, judi dan suap, tetapi menghalalkan jual-beli, ekonomi islam akan memperhatikan kesejahteraan rakyat dan sosial, dll

• Sosial Islam :dalam negara islam bahwa Pendidikan Islami gratis, Kesehatan gratis, sarana umum gratis, pendidikan itu diatur oleh Allah , mana pendidikan yang boleh dan mana pendidikan yang tidak boleh, islam juga mengatur interaksi antara non-muslim dan orang muslim sehingga bisa hidup berdampingan dengan tenang dan damai bahkan sejahtera di bawah aturan hukum syariat Islam, dan semua hal tersebut akan terjadi apabila syariat islam telah ditegakkan,

• Budaya Islam : dalam hal pergaulan,aturan islam melarang kita untuk mendekati zina , tidak ada pergaulan bebas, tidak ada ( feminisme, pornografi, pornoaksi, khamr), dll.

• Pertahanan & Keamanan Islam :semata-mata untuk melindungi rakyat dari gangguan luar, berjihad untuk penyebaran Islam ke seluruh dunia

• Contoh Uqubat dalam Negara khilafah /islam, apabila mencuri dipotong tangannya, berzina dirajam atau 100 dera.

PERBUATAN HARAM (Tark al-Muharramat)

Aktivitas taqarrub ilallah terkait dengan perbuatan “tark al- muharramat” adalah menjauhi dan meninggalkan segala bentuk aktivitas-aktivitas, seperti;

• bid’ah dalam ibadah,

• makan &minum yang haram,

• tunduk dan meniru budaya barat dengan membuka aurat, zina, minum khamr, pornoaksi, pornografi, pergaulan bebas

• Dalam ekonomi, menerapkan sistem ekonomi kapitalis, yaitu melakukan riba, suap, judi

• dalam berhubungan sosial, segalanya dinilai dengan materi dan berlandaskan asas manfaat semata.

• berhukum pada hukum buatan manusia dalam bidang ipoleksosbud hankam, contohnya dalam sistem demokrasi dengan mengikuti voting dalam keharaman

• dalam sistem pertahanan dan keamanan Negara; tunduk pada penjajah atau tunduk pada Negara yang memiliki power lebih kuat, tidak adil atau dzalim dalam menerapkan saksi (uqubat)

Semua aktivitas tark al- muharramat diatas merupakan suatu keharaman bila dilakukan.

Bentuk Taqarrub ilallah yang lain, selain menjalankan kewajiban-kewajiban dan meninggalkan larangan – larangan tersebut diatas adalah dengan mempergiat menjalankan hal-hal yang sunnah (Nawafil), seperti; puasa senin kamis, menyembelih kurban, bersedekah, membaca Al qur’an, dll. Menghindari perbuatan-perbuatan makruh, seperti; tidak makan makanan yang berbau tajam sebelum pergi ke masjid, meniup makanan yang panas, tidak berbicara didalam kamar mandi, dll. Serta menjauhi hal- hal yang mubah, agar supaya tidak terlena dari hal-hal yang wajib, seperti menuntut ilmu Allah , membaca & memahami serta melaksanakan isi & makna dari Al Qur’an dengan segenap jiwa dan raga, berdakwah untuk memperjuangkan tegaknya syariah islam.

Saturday

Ruang Lingkup Taqarrub Ilallah.


Ruang Lingkup Taqarrub Ilallah.

Pada yang menyatakan, pada kata “mendekatkan diri kepada-Ku” (yataqarrabu ilaiyya) inilah kemudian lahir istilah “taqarrub ilâ Allâh“. Kata taqarrub secara bahasa artinya adalah mencari kedekatan (thalab al-qurbi). Jadi, “taqarrub ilâ Allâh” secara bahasa adalah mencari kedekatan dengan Allah, ini menurut (Ibnu Hajar Al-Asqalani). Dari pengertian bahasa inilah para ulama merumuskan pengertian taqarrub ilâ Allâh secara syar’i.

 Para ulama seperti Imam Nawawi dan Imam Ibnu Hajar al-Asqalani menyatakan, arti kedekatan secara fisik antara manusia dan Allah ﷻ dalam arti jarak, jelas adalah mustahil. Jadi, hadis Rasulullah . di atas tidak dapat diartikan menurut arti hakikinya, melainkan harus dipahami dalam arti kiasan-nya yang telah masyhur dalam gaya bahasa orang Arab. Maka dari itu, makna syar’i dari “taqarrub ilâ Allâh” adalah melaksanakan ketaatan kepada Allah dengan menjalankan kewajiban-kewajiban dan larangan- larangan yang telah ditetapkan oleh Allah 

(Fath al-Bâri, XXI/132; Syarh Muslim, IX/35; Al-Muntaqa Syarh al-Muwaththa‘, 1/499; Syarh al-Bukhâri li Ibn Bathal, XX/72).

 Dalam syariat islam, ada Allah hukum yang mengatur manusia dalam menjalankan ketaatannya kepada Allah dengan kewajiban-kewajiban dan larangan-larangan yang telah ditetapkan-Nya, seperti: halal, Sunnah, mubah, makruh dan haram.

Menurut Ibnu Rajab al-Hanbali dalam kitab jami’ul Ulum wal Hikam juz 1 halaman 361, versi maktabah syamilah, beliau menerangkan bahwa ruang lingkup taqarrub ilallah ada dua golongan :

1. Orang yang melaksanakan kewajiban (ada’al faraidh), yang meliputi perbuatan melakukan kewajiban yang diwajibkan oleh Allah(Fi’l al alwajibat) dan meninggalkan apa yang diharamkan oleh Allah (tark al – muharramat).

2. orang yang melaksanakan segala amalan yang sunnah-sunnah (Nawafil )

 

PERBUATAN WAJIB (Fi’l alwajibat)

Dalam Al Qur’an dan As-Sunnah, aktivitas taqarrub ilallah berkaitan dengan perbuatan Fi’l al alwajibat terbagi dalam tiga dimensi, yaitu:

Pertama, Habluminallah (hubungan antara manusia dengan Allah).

Dalam hubungan kita dengan Allah, kita mengenal yang namanya ibadah Mahdhah contohnya; mengerjakan shalat, zakat dan puasa. Sebagaimana yang kita ketahui bahwa sholat adalah salah satu ibadah wajib yang diperintahkan oleh Allah,, sebagaimana yang disebutkan di Al Qur’an;

 Surat Al Baqarah ayat 3, 43, 45, 83, 110, 153, 177, 238, 277, 

Surat Annisa ayat 43, 102, 103, 162, dsb. 

Sholat adalah ibadah pertama yang diperiksa dalam perhitungan amal di akherat dan menjadi tolok ukur seluruh amal ibadah lainnya. Bila sholatnya baik maka seluruh amal ibadahnya baik, begitu juga sebaliknya bila sholatnya jelek (atau tidak pernah sholat) maka jeleklah seluruh amal lainnya. Begitu pula dalam melakukan aktivitas ibadah zakat dan berpuasa pun juga harus sesuai dengan aturan hukum yang ditetapkan oleh Allah, didalam Al Qur’an dan As-sunnah-Nya, agar amalan tersebut diterima oleh Allah,.

 

Kedua, Habluminafsi (hubungan antara diri manusia dengan dirinnya) .

Hal ini berkaitan dengan segala aktivitas dan tingkah laku setiap individu itu harus berdasarkan syariat islam, diantaranya mencakup hal-hal yang berkaitan dengan makanan dan minuman halal seperti yang diatur dalam ayat suci Al qur’an, diantaranya ;

( QS Al baqarah 168, 172, 173), 

(QS. Al Maidah: 3),

(QS. Al An’am: 145),

(QS. Al An’am: 121)

Bagaimana berpakaian syar’i sesuai yang disyariatkan oleh Allah seperti yang dterangkan dalam firman Allah 

[QS Al Ahzab:59), 

(QS An nur: 31), 

Serta ahlak ( cara bersikap), yaitu bagaimana menjadi pribadi muslim yang beraklaqul kharimah seperti yang dicontohkan oleh Rasulullah .

Ketiga, Habluminannas (hubungan manusia dengan sesama manusia dan manusia dengan lingkungan sekitarnya).

Kenyataan yang ada pada masyarakat saat ini, kebanyakan dari mereka sering mengertikan amalan dalam bertaqarrub ilallah hanya sebatas 2 dimensi saja, yaitu hanya amalan yang berkaitan dengan habluminallah dan habluminannas. Ramai kaum muslimin berpandangan bahwa Islam tidak berhak mencampuri aspek kehidupan yang lain selain kedua dimensi diatas. Padahal, Islam itu luas, sangat luas mencakup seluruh aspek kehidupan manusia. Tidak ada di dalam kehidupan manusia, hal apapun itu lepas dari perhatian Islam ini. Hal yang sebenarnya adalah Islam mengatur seluruh aspek Kehidupan Manusia tanpa terkecuali mencakup semua aspek kehidupan dalam amalan interaksi antara manusia dengan manusia (habluminannas). 

Bahkan yang terjadi dewasa ini, banyak diantara kita kaum muslimin masih mempunyai pandangan yang sempit dalam memahami makna dari amalan kewajiban sebagai seorang muslimin terkait dengan habluminannas. Sebagian orang masih mengertikannya hanya sebatas personal saja, yaitu hanya sebatas bagaimana kita berbuat baik dengan orang lain, bagaimana bersikap ramah dan tersenyum kepada sesama muslim, bagaimana bersikap sabar apabila di-zalimi orang lain atau untuk tidak berbuat zalim kepada orang lain saja. Seharusnya, amalan taqarub ilallah terkait dengan habluminannas yang sebenarnya itu mencakup makna yang sangat luas, yaitu mencakup semua amalan yang berkaitan dengan mu’amalah (amalan dalam berhukum) dan uqubat ( pelaksanaan hukum dan pensaksian).


Taqarrub Kepada Allah.

 

Taqarrub Kepada Allah.

Kedekatan manusia kepada Allah  tidaklah muncul tiba-tiba, tetapi melalui proses, seperti hubungan antara dua orang manusia yang saling mencintai. Pada awalnya tidak saling mengenal, tetapi dengan kerapnya  pertemuan yang makin sering dari waktu ke waktu maka akan timbul rasa kasih sayang yang kemudian menimbulkan pemahaman ‎‎dan pengenalan terhadap diri masing-masing. Dan rasa kasih sayang yang timbul lambat laun akan ‎‎menimbulkan rasa cinta. Ibarat dari pepatah, “Tak kenal maka tak sayang.”

Begitupula apabila manusia ingin lebih mendekatkan diri kepada Allah , maka manusia harus belajar mengenal Allah , dengan menjalankan perintah-Nya dan menjauhi larangan-Nya sesuai dengan yang disyariatkan dalam Al-Qur’an dan As-sunnah-Nya. Kadangkala, dalam menjalani kehidupan keseharian, manusia tidak pernah luput dari permasalahan dan cobaan yang ‎melanda hidup ini. Apakah dengan ujian itu akan menjadi lupa kepada Allah  atau akan lebih mendekatkan diri kepada Allah . Ketika manusia sudah berusaha mendekatkan dirinya pada Allah , maka Allah  akan mendekat pula kepada hambanya. Dari Anas r.a. berkata bahwa Rasulullah ﷺ bersabda tentang yang diriwayatkannya dari tuhannya, 

“Bila seorang hamba mendekat kepada-Ku (Allah ) sejengkal, maka Aku mendekat kepadanya sehasta. Bila dia mendekat kepada-Ku sehasta, maka Aku akan mendekatinya sedepa. Dan bila dia mendekatiku dengan berjalan, maka Aku mendekatinya dengan berlari.“ 

(HR Bukhari)

KESALAH PAHAMAN TENTANG PENGERTIAN TAQARRUB ILALLAH

 Upaya manusia untuk mendekatkan diri disebut taqarub, berasal dari akar kata qurb (dekat), dan aqriba (kerabat). Kata taqarrub dalam bahasa Arab artinya mendekat. Taqarrub ilallah artinya mendekatkan diri kepada Allah dengan menjalankan kewajibab-kewajiban yang telah ditetapkan-Nya. Tetapi, saat ini tidak sedikit orang memahamkan taqarrub ilallah dengan pengertian yang sempit, yaitu hanya sebatas ibadah mahdhah saja, seperti shalat, puasa, haji, dan dzikir. Sementara itu, pelaksanaan ajaran islam dalam hubungan antara manusia dengan manusia seperti mu’amalat, akhlaq, math’umat(berkaitan dengan makanan), malbusaat (berkaitan dengan pakaian), uqubat (pelaksanaan dan penyaksian hukum) serta menegakkan SYARIAT ISLAM dan menjalankan RODA PEMERINTAHAN ISLAM dianggap bukan bagian dari taqarrub ilallah. Hal ini disebabkan karena pengaruh paham sekularisme yang membatasi agama hanya hubungan manusia dengan Tuhannya)…, padahal tidaklah demikian.

MAKNA TAQARRUB ILALLAH

 Lalu… pemahaman “TAQARRUB ILALLAH” yang tepat itu seperti apa?. Istilah “taqarrub ilâ Allâh” berasal dari nash-nash syariah yang membicarakan upaya pendekatan diri kepada Allah , antara lain hadis dari Rasulullah ﷺ. Bahwa Allah  berfirman:

“Tidaklah hamba-Ku mendekatkan diri kepada-Ku dengan sesuatu yang lebih aku cintai daripada melaksanakan apa yang Aku wajibkan kepadanya; tidaklah hamba-Ku terus mendekatkan diri kepada-Ku dengan nafilah-nafilah (nawâfil) hingga aku mencintainya.” 

(HR al-Bukhari & Muslim, Fath al-Bari, XVllllllll/342; Syrah Muslim, IX/35).

Keikhlasan Dalam Niat

 


Keikhlasan  Dalam Niat

Setiap manusia harus berusaha membersihkan hati kita secara istiqomah, melalui pembersihan berterusan untuk peningkatan kualiti ibadah kepada Allah Yang Maha Kuasa. Ini menjelaskan keikhlasan dan kebenaran dalam melakukan apa sahaja kebaikan demi Yang Maha Kuasa - Yang Maha Esa yang patut disembah.

Jati diri lebih penting untuk mencapai kualiti yang terbaik bagi seorang Muslim. Untuk memiliki dan mencapai pengetahuan yang suci dalam "ibadah" dan perbuatan baik lainnya, seseorang harus menerapkan pengetahuan Tassawuf, sehingga dengan menggambarkan keaslian kesalehan dalam " Akhlaq "menuju Allah Rabbul Jalil dan sesama makhluknya

Tidak ada cara lain untuk mencapai kesempurnaan dalam 'Ibadah' tanpa membersihkan batin atau "Batin". Walaupun berbuat baik dan melakukan kebajikan menjadi kebiasaan kita dalam amalan keagamaan fizikal kita. Tanpa "Taqwa", "Sabr" dan keikhlasan dalam perbuatan kita tidak berharga di mata Allah Rabul Jalil. Tanpa keikhlasan dan kebenaran dalam niat seseorang dari kita, namun tiada keikhlasan mudah bagi kita menyimpang kearah bangga diri , dan sombong.

Penyimpangan semacam itu adalah "Riya" yang ingin olih  hati yang ditutup dengan nafs dalam melakukan ibadah hanya untuk menunjuk-nunjuk atau menunjukkan kepada orang lain. Di mana kesucian niat tidak tercapai, kerana perbuatan yang dilakukan bukan untuk kepentingan Allah Rabul Jalalluh.

Penyimpangan lain dari "niat" atau niat adalah "Taqqabur", nafsu syaitan yang berbisik, merasakan yang terbaik dan unggul daripada yang lain, namun satu lagi tanda penyakit jantung.

 

Kulliyah: Al Ustaz Zainul Abidin, Kitab Haqa'iq Tassawuf, Malaysia

Al Gurur tentangan pada ummah


Fahami tentang dunia yang penuh dengan  ujian dan yang paling kita harus berwaspada agar kita tidak terlalai. Amat malang kita yang telah beriman terjebak dengan Al-Gurur seperti yang dcatatkan dalam al-Qur’an. Hari ini kita melihat tentang kecenderungan sebagian besar manusia tertipu oleh kehidupan yang serba canggih. Hanya dengan panduan agama kita dapat suatu sistem nilai yang diakui dan diyakini kebenarannya sebagai jalan menuju keselamatan hidup. 

Orang yang ingkar adalah orang yang tidak mau mengikuti aturan kebenaran yang telah ditentukan dalam agama, sehingga Al-Gurūr adalah suatu tentangan bagi masyarakat yang beragama, tentangan bagi orang-orang yang mengikuti rumus kebenaran, tentangan bagi orang-orang yang patuh dan taat terhadap aturan keselamatan. 

Al-Gurūr adalah bagai duri yang sifatnya menghancurkan sisi kehidupan manusia dan nilai kemanusiaan. Agama sebagai peraturan Ilahi yang bolih mengendalikan orang-orang yang memiliki akal sehat secara suka rela kepada kebaikan hidup di dunia dan keberuntungan di akhirat. Oleh karena itu Al-Gurūr adalah suatu penyakit jiwa yang menyesatkan akibat dari tipuan setan. menjerat seseorang dalam kebinasaan dan kehancuran akibat hawa nafsunya.

Seharus kita berhati-hati dengan kemewahan dan harta dunia. Umumnya kita sebagai umat Islam yang beriman dengan adanya hari akhirat tiada harta yang akan dibawa bersama kedalam kubur. Hanya ibadah dan amalan kebaikan sahaja yang menjadi bekal dibawa ke alam barzakh. Dunia dan isinya adalah perhiasan yang menyilaukan mata. Sesungguhnya insan yang beriman tidak tertipu dengan silau'an fatamorgana keindahan dunia.

Allah SWT dalam Al-Quran berfirman: "

"Wahai Rasulullah yang dikasihi! katakanlah, setiap perkara yang ada di dunia ini hanyalah perkara kecil - kecil dan tidak penting di mata Allah SWT."

Allah SWT dalam Al-Quran juga menyebut "Dunya sebagai tempat "Ghuroor" - Tempat khayalan; Tempat penipuan; Tempat di mana manusia ditipu dan ditipu; Tempat di mana manusia merasa tertarik.

Rasulullah ﷺ mengatakan bahawa Dunya ini berwarna hijau dan subur. Dan ia akan menarik anda ke arah dirinya sendiri. Melalui metafora anda dapat memahami hadis ini - Bayangkan bahawa orang berjalan melalui hutan dan mereka melihat ke kiri dan kanan mereka dan mereka melihat pemandangan yang subur, tumbuh-tumbuhan, buah-buahan dan mereka hanya mahu berjalan di luar jalan! - Dan inilah sirat-ul-mustaqim.

Sungguh mengagumkan bahawa Rasulullah ﷺ menjelaskan ini pada awalnya kepada para Sahabat (ra) tetapi sebenarnya bagi kita, kita benar-benar hidup di dunia - terutamanya mereka yang tinggal di barat seperti UK, AS, Kanada, Afrika, atau bahkan mereka yang hidup elit gaya hidup di dunia Islam dan kejiranan barat - di mana sahaja anda dapat melihat gaya, kehidupan dan fesyen yang gemerlap dan glamor serta berkilauan sebagai paparan dunia.

Saya masih ingat ketika saya bekerja dibandaraya, terdapat kedai-kedai perhiasan yang sangat terkenal; gedung membeli-belah; dikawasan beli belah mewah sekitar bandaraya; Komplek-komplek dan kedai-kedai ini mempunyai pameran yang mempamirkan  barang yang bagus sehingga orang hanya ingin berjalan-jalan untuk melihat-lihat. Inilah yang menjadi tumpuan dunia pemasaran - mereka berusaha menjadikan dunia menarik; walaupun itu sesuatu yang jaiz di dunia!

Kita hidup dalam zaman materialistik; apa yang berlaku ialah semua pemasaran dan media ini mengambil alih hati kita; mengambil alih nafsu dan tarikan hati kita dan bukannya kita bersemangat untuk Allah swt, Qur'an, Sunnah Rasulullah ﷺ.

Saya berpesan kepada saudara-saudara muslim, ambillah dunia sekadarnya, sederhana dalam apa juga usaha kehidupan didunia. Janganlah terlalai dengan keinginan materi yang berlebihan. Jangan pula mencari keselesaan dalam kehidupan harian kita. Agama menjadi benteng dalam meneroka pujukan duniawi dan iman pula menjadi penunjuk sempadan kebatilan yang perlu dibatasi.



Thursday

Nikmat Yang Paling Agung.

 Betapa ramai di-antara kita yang lupa mensyukuri setiap nikmah yang didapati.

Nikmah Yang Paling Agong

Secara umumnya nikmah yang paling agong itu ialah anugerah keimanan. Juga Islam sebagai agama yang jelas dibenarkan oleh Allah Rabul Jalalluh didalam Al Quran:

إِنَّ ٱلدِّينَ عِندَ ٱللَّهِ ٱلْإِسْلَٰمُ ۗ وَمَا ٱخْتَلَفَ ٱلَّذِينَ أُوتُوا۟ ٱلْكِتَٰبَ إِلَّا مِنۢ بَعْدِ مَا جَآءَهُمُ ٱلْعِلْمُ بَغْيًۢا بَيْنَهُمْ ۗ وَمَن يَكْفُرْ بِـَٔايَٰتِ ٱللَّهِ فَإِنّ "ٱللَّهَ سَرِيعُ ٱلْحِسَابِ

(Sesungguhnya agama (yang diridhai) disisi Allah hanyalah Islam. Tiada berselisih orang-orang yang telah diberi Al Kitab kecuali sesudah datang pengetahuan kepada mereka, karena kedengkian (yang ada) di antara mereka. Barangsiapa yang kafir terhadap ayat-ayat Allah maka sesungguhnya Allah sangat cepat hisab-Nya.


Iman  dan Islam itulah nikmah yang tiada terperi akan nilai dari nikmah2 yang lain. Namun tidaklah terhitung akan nikmah-nikmah yang diberikan oleh Allah Rabul Jalil yang maha penyayang juga maha pemurah. Tiadalah Allah Rabul Jalalluh itu menyuruh kira atau hitung nikmah-nikmah itu, tetapi tetaplah kita bersedia dan perlunya kita syukuri. 

Apa yang paling afdal bagaimana dan mengapa kita  beriman sering kali lalai dengan dua nikmah  ini:

1) Nikmah Sihat Wa'afiat 
2) Nikmah masa lapang yang diberikan Allah Rabul jalil. 

Nikmah  Sihat:
Inilah nikmah yang ramai diantara kita yang lalai dalam menikmatinya. Tubuh badan yang sihat tidak digunakan juga tidak disyukuri. Kesihatan yang diberikan tidak digunakan dengan sebanyak mungkin dalam melakukan amal ibadah. Seperti melakukan amalan-amalan sunat: solat2 sunat rawatib, Qiamulail dan solat2 sunat yang lain.Melakukan puasa2 sunat dan yang paling utama melakukan solat berjemaah pada  solat 5 waktu. Kerana nikmah sihat yang dikurniakan, berjalan kaki menuju ketempat-tempat solat seperti mussalla, surau juga masjid yang mana ini akan juga memberi kesihatan dan afiat kepada tubuh badan.
Namun masih ramai memilih untuk tidak ta'at dalam mendirikan solat 5 waktu. Inilah kefasikan yang amat besar, kerana tidak mensyukuri nikmah sihat itu sendiri.
Juga melakukan kerja-kerja  kebaikan dan kebajikan. Juga seperti berbuat budi kepada tanah, bercucuk tanam dan sebagainya. Kerena ini bolih diumpamakan sebagai manesfastasi bila kita berasa syukur kepada Allah Rabul Jalalluh.

Nikmah  Masa Lapang:

Allah Rabul Jalalluh telah pun memperuntukan masa yang cukup untuk kita sebagai manusia. Selalu kita mendengar keluhan dari kalangan kita dengan ungkapan "tiada masa" - "No Time.
Telah dijadikan siang dan malam, masa, hari, bulan dan tahun sejak mula Allah Rabul Jalalluh mencipta langit dan bumi. Waktu siang buat kita diberi masa untuk mencari rezeki. Pada malam harinya buat kita melakukan ibadah baik yang wajib dan yang disunahkan. Lihat sahaja pada waktu menjelang maghrib dan waktu seterusnya di bahagian malam masih ramai dikalangan kita umat Islam tidak menfa'at waktu santai yang lapang ini untuk menghadirkan diri solat berjemaah di surau atau di masjid.  

Terutamanya antara masa lapang diantara waktu maghrib dan Isyak, jangka waktu yang singkat ini hampir semua surau dan masjid didatangi kaum Muslimin bagaikan lebah mencari madu dipagi hari. Kerana disurau dan masjid adanya madu-madu manis, selain menunaikan solat maghrib dan Isyak. Yang pasti diantara dua waktu yang singkat ini, diadakan majlis-majlis zikir, pengajian Ilmu baik agama atau zikir2 yang lain. 

Alangkah rugi masa lapang diantara dua waktu solat ini dipersiakan begitu sahaja. Anak2 muda sepatutnya merasa ghairah dengan ilmu dari kuliah yang pelbagai tajuk dan cabang ilmu agama Islam. Ibu bapa seharus berkewajiban, mengalakan anak2 muda mereka menghadiri ke musolla, surau dan masjid antara dua waktu santai ini. 

Nikmah Waktu Lapang yang sering dilalaikan, tiadalah mereka memahami arti syukur. Waktu lapang yang mereka dapati terus berlalu setiap hari tanpa sedikit pun di menfa'atkan. Seharus kita mensyukuri waktu lapang yang diberi Allah SWT untuk membuat apa juga amal kebaikan. Masa lapang selepas waktu Asyar, ada yang mengambil waktu lapang itu untuk beriadah seketika, selepas balik dari kerja. Namun berapa ramai antara kita, mengunakan waktu lapang untuk beriadah, tetapi tiada pula kelapangan buat menyiapkan diri untuk menunaikan solat, baik secara sendirian, bersama keluarga atau berjemaah di surau atau masjid. 

Ramai pula yang ada  masa lapang selepas waktu maghrib hingga Isyak namun lalai, solat berjemaah, 
menghadari kuliah agama di surau atau masjid malah tiada dilakukan amalan ibadah sunat, tidak membaca Al Quran, tidak berzikir dan nikmah waktu lapang tidak di tempuhi dengan sewajarnya untuk membuat amal ibadat, mengaji ilmu dan kebajikan yang pelbagai untuk diri sendiri sebagai bekalan di hari akhirat. Tetaplah mereka dengan dunia dan kesenangan. Yang mana semua kesenangan dunia itu hanyalah  fatamorgana yang illusi dan amat malang kerana tidak pula mensyukuri nikmah waktu lapang.

Imam Al Jauzi mengatakan:

"Dunia adalah umpama ladang buat kita menanam,
Akhirat adalah umpama ladang yang akan kita tuai hasilnya."

Akhir kata janganlah kita mensia siakan Nikmah2 agong yang diberikan Allah Rabbul Jalalluh. Jangan lah kita menjadi insan yang kufur nikmah. 



Referensi: https://tafsirweb.com/1151-quran-surat-ali-imran-ayat-19.html


Tuesday

Rasulullah ﷺ - Kesempurnaan Akhlak Muslimin

 

Ayat2 Al Quran - Tentang keutamaan Akhlak.

Rasulullah ﷺ diutus sebagai utusan kepada umat manusia sebagai manusia teladan. Malik, Mawatta; Ahmed, Musnad dan Mishkat al-Masabih melaporkan salah satu firmannya: "Tuhan telah mengutus saya sebagai rasul agar saya dapat menunjukkan kesempurnaan akhlak, kehalusan adab dan keunggulan dalam tingkah laku."

Rasulullah ﷺ begitu prihatin untuk memperlakukan orang-orang di sekelilingnya dengan cara yang terbaik sehingga dia biasa berdoa, "Ya Tuhan! Aku hanyalah seorang lelaki. Sekiranya aku menyakiti sesiapa dengan cara apa pun, maka maafkan aku dan jangan menghukumku." (Ahmed, Musnad, Jilid 6 ms 103)

Berikut adalah lima nasihat Rasulullah ﷺ tentang pentingnya berakhlak mulia.

 

1. Hadis 285

... Abu Hurayrah mengatakan bahawa Rasulullah ﷺ, bersabda, "Jika seseorang mempunyai akhlak yang baik, seseorang dapat mencapai tahap pahala yang sama dengan mereka yang menghabiskan malam mereka dalam berdoa."

 2. Hadis 286

... Abu Hurayrah berkata, "Saya mendengar Abu al Qasim Rasulullah ﷺ, berkata, 'Yang terbaik di antara kamu dalam Islam adalah mereka yang mempunyai akhlak yang terbaik, asalkan mereka mengembangkan rasa pengertian."

 3. Hadis 289

... 'Abd Allah ibn' Amr berkata, "Ada empat ciri yang, jika anda memilikinya, akan menghalangi anda untuk terpengaruh jika anda kehilangan manfaat duniawi tertentu. Mereka adalah watak yang baik, pandangan suci, kejujuran, dan kepercayaan . "

 4. Hadis 291

... Umm Darda melaporkan bahawa Abu Darda bangun pada suatu malam untuk berdoa dan mulai menangis, berkata, "Ya Allah, Engkau menciptakanku dengan sifat yang baik. Sekarang, berilah aku sopan santun." Dia mengulangi doa ini sepanjang malam. Pada waktu pagi saya berkata kepadanya, "Wahai Abu Darda, mengapa 'kamu menghabiskan sepanjang malam berulang kali berdoa untuk adab?" Dia berkata kepada saya, "Wahai Ummu Darda, orang yang beriman akan menghabiskan waktunya untuk memperbaiki adabnya sehingga, dengan cara itu, dia dapat memasuki Syurga. Jika dia mengabaikan adabnya, mereka akan membawanya ke neraka. Muslim akan dimaafkan walaupun dia tidur. " Ketika saya bertanya kepadanya bagaimana hal itu mungkin, dia menjawab, "Saudaranya akan bangun pada waktu malam dan berdoa kepada Allah, dan Allah akan menjawab doanya. Dia akan mendoakan saudaranya, dan Allah juga akan menjawab doanya untuknya. "

Semoga Tuhan menolong kita menjadi watak dan adab terbaik untuk keluarga, rakan dan semua orang di sekeliling kita.

 Rujukan: Buku Akhlak dan Adab Muslim Bukhari. Diterjemahkan oleh Yusuf Takak-DeLorenzo. Diterbitkan oleh Al-Saadawi Publications