Bab 11: Amar Ma‘ruf Nahi Munkar - Mukasyafah Al Qulub

Amar Ma'ruf Nahi Munkar 


Diriwayatkan dari Anas bin Malik رضي الله عنه. bahwa Rasulullah bersabda, “Barangsiapa yang menunaikan shalat satu kali, dari nafas orang itu Allah menciptakan awan putih. Kemudian, Allah menyuruh awan putih itu untuk mengambil rahmat dari laut. Lalu, ia mengambilnya. Kemudian, Allah menyuruhnya agar menjadi hujan. Dari tetesan hujan yang jatuh ke bumi Allah menciptakan emas, dari tetesan yang jatuh ke gunung Allah menciptakan perak, dan dari  tetesan yang jatuh kepada orang kafir Allah menganugerahinya keimanan.”

Allah berfirman:

كُنتُمْ خَيْرَ أُمَّةٍ أُخْرِجَتْ لِلنَّاسِ تَأْمُرُونَ بِٱلْمَعْرُوفِ وَتَنْهَوْنَ عَنِ ٱلْمُنكَرِ وَتُؤْمِنُونَ بِٱللَّهِ ۗ وَلَوْ ءَامَنَ أَهْلُ ٱلْكِتَـٰبِ لَكَانَ خَيْرًۭا لَّهُم ۚ مِّنْهُمُ ٱلْمُؤْمِنُونَ وَأَكْثَرُهُمُ ٱلْفَـٰسِقُونَ ١١٠

Kamu (wahai umat Muhammad) adalah sebaik-baik umat yang dilahirkan bagi (faedah) umat manusia, (kerana) kamu menyuruh berbuat segala perkara yang baik dan melarang daripada segala perkara yang salah (buruk dan keji), serta kamu pula beriman kepada Allah (dengan sebenar-benar iman). Dan kalaulah Ahli Kitab (Yahudi dan Nasrani) itu beriman (sebagaimana yang semestinya), tentulah (iman) itu menjadi baik bagi mereka. (Tetapi) di antara mereka ada yang beriman dan kebanyakan mereka: orang-orang yang fasik"

 (QS Âli ‘Imrân [3]: 110).

Tentang ayat ini, al-Kalbî berkata, “Ayat ini mengandung penjelasan tentang keadaan umat ini dalam hal keutamaannya atas umat-umat yang lain. Di situ terdapat dalil bahwa umat Islam ini merupakan umat terbaik secara mutlak. Hal ini mencakup generasi pertama dan generasi terakhir dalam hubungannya dengan generasi dari umat-umat yang lain, walaupun ada perbedaan dalam esensinya, sebagaimana keutamaan sahabat terhadap generasi berikutnya.”

Makna ukhrijat adalah “ditampakkan kepada manusia”, yakni agar memberikan manfaat dan kebaikan kepada mereka di segenap penjuru dunia sehingga mereka dapat dibedakan dan dikenal. Selanjutnya firman Allah:

كُنتُمْ خَيْرَ أُمَّةٍ أُخْرِجَتْ لِلنَّاسِ تَأْمُرُونَ بِٱلْمَعْرُوفِ وَتَنْهَوْنَ عَنِ ٱلْمُنكَرِ وَتُؤْمِنُونَ بِٱللَّهِ ۗ وَلَوْ ءَامَنَ أَهْلُ ٱلْكِتَـٰبِ لَكَانَ خَيْرًۭا لَّهُم ۚ مِّنْهُمُ ٱلْمُؤْمِنُونَ وَأَكْثَرُهُمُ ٱلْفَـٰسِقُونَ ١١٠

 Kamu (wahai umat Muhammad) adalah sebaik-baik umat yang dilahirkan bagi (faedah) umat manusia, (kerana) kamu menyuruh berbuat segala perkara yang baik dan melarang daripada segala perkara yang salah (buruk dan keji), serta kamu pula beriman kepada Allah (dengan sebenar-benar iman). Dan kalaulah Ahli Kitab (Yahudi dan Nasrani) itu beriman (sebagaimana yang semestinya), tentulah (iman) itu menjadi baik bagi mereka. (Tetapi) di antara mereka ada yang beriman dan kebanyakan mereka: orang-orang yang fasik"

 (QS Âlu ‘Imrân [3]: 110).

Ayat ini mengandung penjelasan akan keberadaan mereka sebagai yang terbaik selain mencakup juga kelebihan mereka yang tegak di atas sifat-sifat tersebut. Kalau mereka meninggalkan amar ma‘rûf dan nahi munkar, mereka kehilangan sifar-sifat itu. Karena itu, Allah menjadikan mereka sebagai manusia terbaik untuk orang lain.  Sebab, mereka menyuruh berbuat kebaikan, mencegah kemungkaran, dan memerangi orang-orang kafir agar mereka selamat sehingga manfaat mereka mengungguli yang lain. Rasulullah bersabda, “Sebaik-baik manusia adalah yang memberikan manfaat kepada orang lain, dan sejahat-jahat manusia adalah yang mendatangkan kerugian bagi orang lain.”

Firman-Nya, Mereka beriman kepada Allah…, artinya mereka mempercayai keesaan Allahﷻ dan teguh di atas prinsip itu. mereka pun mengakui bahwa Muhammad adalah Rasulullah

Sebab, barangsiapa yang mengingkari Muhammad Rasulullah , dia tidak beriman kepada Allah karena dia mengira bahwa ayat-ayat mukjizat yang didatangkannya adalah dari dirinya.

Di tempat lain Rasulullah bersabda: 

“Barangsiapa melihat kemungkaran, ubahlah dengan tangan. Jika tidak mampu, ubahlah dengan lidah. Jika masih tidak mampu, ubahlah dengan hati, tetapi ini selemah-lemah iman.” 

Yakni, tindakan paling lemah dari orang yang beriman. Sebagian ulama mengatakan, bahwa mengubah dengan tangan adalah untuk para pemimpin, dengan lidah untuk para ulama, dan dengan hati untuk masyarakat awam. Sebagian ulama yang lain mengatakan bahwa setiap orang yang mampu melakukan hal itu, dia wajib mengubahnya, sebagaimana Allah berfirman:

يَـٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُوا۟ لَا تُحِلُّوا۟ شَعَـٰٓئِرَ ٱللَّهِ وَلَا ٱلشَّهْرَ ٱلْحَرَامَ وَلَا ٱلْهَدْىَ وَلَا ٱلْقَلَـٰٓئِدَ وَلَآ ءَآمِّينَ ٱلْبَيْتَ ٱلْحَرَامَ يَبْتَغُونَ فَضْلًۭا مِّن رَّبِّهِمْ وَرِضْوَٰنًۭا ۚ وَإِذَا حَلَلْتُمْ فَٱصْطَادُوا۟ ۚ وَلَا يَجْرِمَنَّكُمْ شَنَـَٔانُ قَوْمٍ أَن صَدُّوكُمْ عَنِ ٱلْمَسْجِدِ ٱلْحَرَامِ أَن تَعْتَدُوا۟ ۘ وَتَعَاوَنُوا۟ عَلَى ٱلْبِرِّ وَٱلتَّقْوَىٰ ۖ وَلَا تَعَاوَنُوا۟ عَلَى ٱلْإِثْمِ وَٱلْعُدْوَٰنِ ۚ وَٱتَّقُوا۟ ٱللَّهَ ۖ إِنَّ ٱللَّهَ شَدِيدُ ٱلْعِقَابِ ٢

"Wahai orang-orang yang beriman, janganlah kamu ingat halal membuat sesuka hati mengenai syiar-syiar ugama Allah, dan mengenai bulan-bulan yang dihormati, dan mengenai binatang-binatang yang dihadiahkan (ke Makkah untuk korban), dan mengenai kalong-kalong binatang hadiah itu, dan mengenai orang-orang yang menuju ke Baitullah Al-Haraam, yang bertujuan mencari limpah kurnia dari Tuhan mereka (dengan jalan perniagaan) dan mencari keredaanNya (dengan mengerjakan ibadat Haji di Tanah Suci); dan apabila kamu telah selesai dari ihram maka bolehlah kamu berburu. Dan jangan sekali-kali kebencian kamu kepada suatu kaum kerana mereka pernah menghalangi kamu dari masjid Al-Haraam itu - mendorong kamu menceroboh. Dan hendaklah kamu bertolong-tolongan untuk membuat kebajikan dan bertaqwa, dan janganlah kamu bertolong-tolongan pada melakukan dosa (maksiat) dan pencerobohan. Dan bertaqwalah kepada Allah, kerana sesungguhnya Allah Maha Berat azab seksaNya (bagi sesiapa yang melanggar perintahNya)."

 (QS al-Mâ’idah [5]: 2).

Termasuk sikap tolong-menolong adalah memberikan dorongan, memudahkan jalan kebaikan, dan menutup jalan kejahatan dan permusuhan— sedapat mungkin. Dalam hadis lain Rasulullah bersabda: 

“Barangsiapa yang menegur ahli bidah, Allahﷻ  memenuhi kalbunya dengan keamanan dan keimanan. Barangsiapa yang merendahkan ahli bidah, Allah memberikan ketenangan pada hari yang sangat menakutkan.

Barangsiapa yang menyeru kebaikan dan mencegah kemungkaran, dia adalah khalifah Allah serta khalifah Kitab dan khalifah Rasul-Nya di bumi.”

Hudzaifah رضي الله عنه. berkata, “Akan datang suatu zaman kepada manusia ketika bangkai keledai lebih mereka sukai daripada orang Mukmin yang menyuruh mereka berbuat kebaikan dan mencegah mereka dari kemungkaran.”

Mûsâ As berkata: “Wahai Tuhanku, apa balasan bagi orang yang mengajak saudaranya kepada kebenaran, menyuruhnya berbuat kebaikan, dan mencegahnya dari kemungkaran?”

Allah menjawab: “Untuk setiap kata, Aku tuliskan sebagai ibadah sunnah untuknya dan Aku merasa malu untuk mengazabnya dengan api neraka.”

Dalam hadis qudsî, Allah berfirman:

“Wahai anak Adam, jangan termasuk orang-orang yang menunda-nunda tobat, memanjangkan angan-angan (berkhayal), dan kembali ke akhirat tanpa amalan. Janganlah kamu menjadi orang yang mengucapkan perkataan orang-orang ahli ibadah-tetapi melakukan perbuatan orang-orang ahli munafik. Janganlah kamu menjadi orang yang tidak merasa cukup jika diberi karunia, tidak bersabar jika tidak diberi, mencintai orang-orang saleh tetapi tidak menjadi bagian dari mereka, membenci orang-orang munafik tetapi menjadi bagian dari mereka, menyuruh kebaikan tetapi tidak mengerjakannya, dan mencegah kejahatan tetapi tidak menghindarinya.”

‘Âlî Kwرضي الله عنه. berkata, “Aku pernah mendengar Rasulullah bersabda: 

"Pada akhir zaman akan datang suatu kaum muda usia dan lemah akal. Mereka mengutip ucapan manusia terbaik (Rasulullah) tetapi tidak melewati tenggorokan mereka (tidak diamalkan). Mereka tercabut dari agama sebagaimana anak panah tercabut dari busurnya.”

Rasulullah menceritakan kisah isra’ mi'raj di hadapan para sahabat: 

“Pada malam isra’ ke langit, aku melihat orang-orang yang dipotong lidah mereka dengan pemotong dari api. Lalu aku bertanya, ‘Siapa mereka itu, wahai Jibrîl?” Jibrîl menjawab, ‘Mereka ialah para khatib dari umatmu yang menyuruh manusia berbuat kebaikan tetapi lupa pada diri mereka sendiri.’

Tentang mereka, Allah berfirman: "

إِنَّآ أَنزَلْنَا ٱلتَّوْرَىٰةَ فِيهَا هُدًۭى وَنُورٌۭ ۚ يَحْكُمُ بِهَا ٱلنَّبِيُّونَ ٱلَّذِينَ أَسْلَمُوا۟ لِلَّذِينَ هَادُوا۟ وَٱلرَّبَّـٰنِيُّونَ وَٱلْأَحْبَارُ بِمَا ٱسْتُحْفِظُوا۟ مِن كِتَـٰبِ ٱللَّهِ وَكَانُوا۟ عَلَيْهِ شُهَدَآءَ ۚ فَلَا تَخْشَوُا۟ ٱلنَّاسَ وَٱخْشَوْنِ وَلَا تَشْتَرُوا۟ بِـَٔايَـٰتِى ثَمَنًۭا قَلِيلًۭا ۚ وَمَن لَّمْ يَحْكُم بِمَآ أَنزَلَ ٱللَّهُ فَأُو۟لَـٰٓئِكَ هُمُ ٱلْكَـٰفِرُونَ ٤٤

Mengapa kalian suruh orang lain (mengerjakan) kebajikan, sedangkan kalian melupakan dirimu sendiri, padahal kalian membawa al-Kitab? Maka tidakkah kalian berpikir?" 

(QS al-Baqarah [2]: 44).

Yakni, mereka membaca kitab Allah, tetapi mereka tidak mengamalkan isinya. Mereka menyuruh orang lain bersedekah, tetapi mereka sendiri tidak bersedekah. Oleh karena itu, wajib bagi orang-orang Mukmin untuk menyuruh kebaikan dan mencegah kemungkaran tetapi tidak melupakan diri mereka sendiri, sebagaimana Allah berfirman: 

كَيْفَ يَكُونُ لِلْمُشْرِكِينَ عَهْدٌ عِندَ ٱللَّهِ وَعِندَ رَسُولِهِۦٓ إِلَّا ٱلَّذِينَ عَـٰهَدتُّمْ عِندَ ٱلْمَسْجِدِ ٱلْحَرَامِ ۖ فَمَا ٱسْتَقَـٰمُوا۟ لَكُمْ فَٱسْتَقِيمُوا۟ لَهُمْ ۚ إِنَّ ٱللَّهَ يُحِبُّ ٱلْمُتَّقِينَ ٧

"Dan orang-orang yang beriman, laki-laki dan perempuan, sebagian mereka menjadi penolong bagi sebagian yang lain. Mereka menyuruh kebaikan, mencegah kemungkaranmenegakkan shalat … "

(QS al-Taubah [9]: 71).

Orang-orang Mukmin berwatak menyuruh kebaikan. Orang yang meninggalkan watak itu bukan bagian dari mereka yang dijelaskan di dalam ayat ini. Allah mencela banyak kaum karena meninggalkan amar ma'rufAllah berfirman:

كَانُوا۟ لَا يَتَنَاهَوْنَ عَن مُّنكَرٍۢ فَعَلُوهُ ۚ لَبِئْسَ مَا كَانُوا۟ يَفْعَلُونَ ٧٩

"Mereka satu sama lain selalu tidak melarang tindakan kemungkaran yang mereka perbuat. Sesungguhnya amat buruklah apa yang selalu mereka perbuat itu"

 (QS al-Mâ’idah [5]: 79).

Abû al-Dardâ’ رضي الله عنه. berkata: “Apakah kamu menyuruh kebajikan dan mencegah kemunkaran atau Allah mengalahkan mereka atas kekuasaan yang zalim, ketika orang tua tidak dihargai dan anak-anak tidak disayang. Mereka memohon kebaikanmu, tetapi kamu tidak memberi jawaban kepada mereka. Mereka meminta pertolongan, tetapi tidak ada yang menolong. Mereka memohon ampunan, tetapi tidak dimaafkan.”

‘Âisyah رضي الله عنه. meriwayatkan bahwa Rasulullah bersabda: 

Allah mengadzab penghuni kampung yang di situ mereka mengerjakan delapan belas ribu perbuatan para nabi.” Para sahabat bertanya, “Bagaimana bisa demikian?” 

Rasulullah menjawab, “Mereka tidak membenci karena Allah, tidak menyuruh kebajikan, dan tidak mencegah kemungkaran.”

Abû Dzar al-Ghifârî Ra berkata: “Abû Bakar al-Shiddîq رضي الله عنه. bertanya, ‘Wahai Rasulullah, apakah ada jihad lain selain memerangi orang-orang musyrik?’ Beliau menjawab, “Ada, wahai Abû Bakar. Allahmemiliki para pejuang di bumi yang lebih utama daripada para syuhada yang hidup dengan diberi rezeki dan berjalan di bumi. Allah membanggakan mereka kepada para malaikat langit dan menghias surga untuk mereka seperti Ummu Salamah رضي الله عنه. berhias untuk Rasulullah.’ Abû Bakar رضي الله عنه.bertanya lagi:

‘Wahai Rasulullahsiapakah mereka itu?’ Rasulullah menjawab, ‘Mereka ialah orang-orang yang menyuruh kebajikan, mencegah kemungkaran, serta mencinta dan membenci karena Allah.’ Selanjutnya beliau bersabda: 

"Demi Dzat yang diriku dalam kekuasaan-Nya, hamba itu berada di kamar yang terletak di atas kamar-kamar lain di atas kamar-kamar para syuhada. Setiap kamar itu memiliki tiga ratus pintu dari yakut, zamrud, dan emas. Di atas setiap pintu ada cahaya. Laki-laki dari mereka menikahi tiga ratus ribu bidadari yang menyilaukan mata. 

Setiap kali memandang salah satunya, bidadari itu berkata, ‘Ingatkah engkau pada hari begini dan begitu ketika engkau menyuruh kebaikan dan mencegah kemungkaran?’ Dan setiap kali memandangnya, bidadari itu menyebutkan perintah untuk mengerjakan kebaikan dan mencegah kemungkaran.”’

Dalam sebuah hadis disebutkan bahwa Allah bertanya kepada Mûsâ As: “Wahai Mûsâ, apakah engkau telah mengerjakan suatu amalan untuk-Ku?” Mûsâ As menjawab, “Wahai Tuhanku, aku telah mengerjakan shalat, puasa, bersedekah, bersujud karena-Mu, dan berdzikir kepada-Mu.” 

Allah berkata, “Wahai Mûsâ, di dalam sholat ada pembelaan bagimu, di dalam puasa ada surga untukmu, di dalam sedekah ada naungan untukmu, dan di dalam tasbih ada cahaya untukmu. Lalu, apa amalan lain yang engkau kerjakan untuk-Ku?” 

Mûsâ As menjawab, “Wahai Tuhanku, tunjukkan kepadaku amalan yang dapat aku kerjakan untuk-Mu.”

Allah berkata: “Wahai Mûsâ, apakah engkau menolong wali-Ku? Apakah engkau memusuhi musuh-Ku?”

Musa mengerti bahwa amalan yang paling utama adalah mencintai dan membenci karena Allah, dan membenci musuh-musuh-Nya.

Abû ‘Ubaydah bin Jarrâh رضي الله عنه berkata: “Aku bertanya kepada Rasulullah, ‘Wahai Rasulullah, syuhada mana yang paling mulia bagi Allah ‘Azza wa Jalla?’ Rasulullah menjawab, Seorang yang mendatangi pemimpin yang durhaka, lalu menyuruhnya berbuat kebaikan dan mencegahnya berbuat kemungkarankemudian dia terbunuh. Jika tidak terbunuh, qalam tidak bekerja setelah itu. Kalaupun hidup, dia tidak dianggap hidup.’”

Al-Hasan al-Bashrî  رضي الله عنه berkata: “Rasulullah bersabda, ‘Seutama-utama syuhada umatku adalah orang yang mendatangi pemimpin yang durhaka, lalu menyuruhnya berbuat kebaikan dan mencegahnya dari kemungkaran, kemudian dia terbunuh, maka itulah syahid. Tempatnya di surga adalah di antara tempat Hamzah رضي الله عنه  dan Ja'afar رضي الله عنه .’”

Allah mewahyukan kepada Yûsa‘ bin Nûn As, “Aku akan membinasakan empat puluh ribu orang baik dan enam puluh ribu orang jahat di antara kaummu?” Yûsa’ bertanya, “Wahai Tuhanku, tentang orang-orang jahat, aku memaklumi.

Akan tetapi, bagaimana dengan orang-orang baik?” Allah menjawab, “Mereka tidak membenci kerana kebencian-Ku serta mempercayai dan minum bersama orang-orang jahat.”

Anas  رضي الله عنه berkata: “Kami bertanya kepada Rasulullah, ‘Wahai Rasulullah, haruskah kami memerintah kebaikan sebelum mengerjakan seluruhnya dan tidak mencegah kemungkaran sebelum menjauhi semuanya?

” Beliau menjawab:  "Perintahkanlah kebaikan walaupun kamu sekalian tidak mengetahui seluruhnya dan cegahlah kemungkaran walaupun kalian tidak menjauhi semuanya.”’

Seorang ulama salaf berwasiat kepada anaknya:

“Apabila seseorang dari kalian hendak memerintahkan kebaikan, teguhkanlah dirimu dengan kesabaran dan yakinilah pahala dari AllahBarangsiapa yang meyakini pahala dari Allahdia tidak akan tersentuh penderitaan.”