Bab 6: Berbakti kepada Orang Tua - Mukasyafah Al Qulub

Berbakti kepada kedua Orang Tua:  

Al-Bukhârî dan Muslim meriwayatkan hadis dari Ibn Mas‘ûd رضي الله عنه. Dikatakan: “Aku bertanya kepada Rasulullahﷺ;  “Amalan apa yang lebih Allah sukai?”

Rasulullahﷺ menjawab: “Shalat pada waktunya.” 

“Kemudian apa?” “Berbuat baik kepada orangtua.”

“Kemudian apa?” “Berjihad di jalan Allah.”

Sementara itu, Muslim dan lain-lain meriwayatkan,

“Seorang anak tidak membalas orang tuanya selain jika mendapatinya sebagai budak, dia membeli dan memerdekakannya.”

Masih dari Muslim. Diriwayatkan bahwa seorang laki-laki datang kepada Rasulullah. Lalu dia bertanya;  “Aku berbaiat kepada Anda untuk berhijrah dan berjihad. Aku mengharap pahala dari Allah

“Apakah orang tuamu masih hidup?” Tanya Rasulullah.

“Ya, mereka masih hidup.”

“Anda mengharap pahala dari Allah?”

“Benar.”

“Kembalilah kepada kedua orang tuamu.

Perlakukanlah mereka dengan baik”

Abû Ya‘lâ dan al-Thabrâni meriwayatkan hadis dengan sanad yang baik bahwa seseorang laki-laki datang kepada Rasulullah. Ia berkata; “Saya ingin sekali pergi berjihad, tetapi saya tidak mampu.”

“Apakah orang tua mu masih hidup?” tanya Rasulullah.

“Ibuku masih hidup.”

Rasulullahﷺ berkata; “Memohonlah kepada Allah dalam berbuat baik kepadanya. Jika engkau melakukannya, pahalanya sama dengan pahala orang yang berhaji, berumrah, dan berjihad.” 

Dalam hadis lain dari al-Thabrânî disebutkan;

Seseorang datang kepada Rasulullah, lalu berkata, ‘Wahai Rasulullah, aku ingin berjihad di jalan Allah.’

Rasulullah bertanya, ‘Masih hidupkah ibumu?’ 

Dia menjawab, ‘Ya, masih.’ Rasulullah bersabda. ‘Ciumlah kakinya. Di situlah letaknya surga.’”

Demikian pula, Ibn Mâjah meriwayatkan,

“Seseorang bertanya kepada Rasulullahﷺ; "Wahai Rasulullah, apa hak orang tua dari anak mereka?’ Rasulullah menjawab,; "Mereka itu adalah surgamu dan nerakamu.’”

Ibn Mâjah, al-Nasâ’î, dan al-Hâkim meriwayatkan; Seseorang datang kepada Rasulullahﷺ dan bertanya;  "Wahai Rasulullah, aku ingin berjihad. Aku datang ke sini untuk meminta nasihat dikau Ya Rasulullah." 

Rasulullahﷺ  bertanya, ‘Apakah engkau masih punya Ibu?’ Orang itu menjawab, ‘Ya, masih."

Rasulullahﷺ  berkata; "Rawatlah dia, karena surga ada di telapak kakinya.’

Dalam riwayat sahîh yang lain disebutkan,Rasulullahﷺ bertanya; “Masih adakah orang tua mu?” Dia menjawab “Ya, masih ada.” 

Rasulullahﷺ bersabda; “Rawatlah mereka, kerana surga ada di telapak kaki mereka.”

Al-Tirmidzî meriwayatkan hadis dari Abû al- Dardâ’ رضي الله عنه, bahwa seorang laki-laki menemuinya dan berkata; “Aku punya seorang istri, dan ibuku menyuruhku menceraikannya.”

Abû al-Dardâ’رضي الله عنه berkata; “Aku pernah mendengar Rasulullahﷺ bersabda;  "Orangtua adalah pintu surga paling tengah. Jika engkau mau, abaikan pintu itu atau engkau menjaganya.’”

Adapun Ibn Hibbân di dalam Shahîh-nya meriwayatkan bahwa seorang laki-laki datang kepada Abû al-Dardâ’رضي الله عنه dan berkata;  “Dulu bapakku terus-menerus mendesakku agar aku segera menikah. Akan tetapi, kini dia menyuruhku agar menceraikan istriku.” 

Ibn Mas‘ûd رضي الله عنه menjawab;  “Aku bukanlah orang yang menyuruhmu berbuat durhaka kepada orang tua mu dan bukan pula orang yang menyuruhmu menceraikan istrimu. Akan tetapi, jika engkau mau, aku beritahukan kepadamu apa yang pernah aku dengar dari Rasulullahﷺ . Beliau bersabda, ‘Orangtua itu adalah pintu surga paling tengah. jika engkau mau, peliharalah hal itu, atau engkau tinggalkan.’” Lalu, orang itu menceraikan istrinya.

Hadis ini dinukil dari pemilik sunan, serta Ibn Hibbân di dalam shahîh-nya. Al-Tirmidzî meriwayatkan sebuah hadis hasan sahîh dari Ibn ‘Umar رضي الله عنه. Dikatakan;

“Aku punya istri yang aku cintai. Akan tetapi, ‘Umar tidak menyukainya. Dia berkata kepadaku agar aku menceraikannya. Namun, aku menolaknya.

Lalu, ‘Umar رضي الله عنه menemui Rasulullah dan

menceritakan hal itu. Rasulullahﷺ berkata kepadaku; 'Ceraikanlah dia.’”

Ahmad melalui sanad yang sahîh meriwayatkan bahwa Rasulullah bersabda,

“Barangsiapa  yang ingin dipanjangkan umurnya dan ditambah rezekinya, berbuat baiklah kepada orangtua dan hubungkanlah tali silaturahim.”

Abû Ya‘lâ dan lainnya meriwayatkaqn hadis yang di-sahîh-kan al-Hâkim; “Barangsiapa yang berbuat baik kepada kedua orangtuannya, berbahagialah dia. Allah memanjangkan umurnya.”

Ibn Mâjah dan Ibn Hibbân dalam Shahîhnya, demikian pula al-Hâkim dalam Shahîh-nya, meriwayatkan, “Seseorang mencegah datangnya rezeki dengan dosa yang diperbuatnya. Tidak ada yang dapat menolak takdir kecuali doa dan tidak ada yang dapat memperpanjang umur kecuali kebaikan.”

Dalam hadis hasan gharib yang diriwayatkan al-Tirmidzî dikatakan, “Tidak ada yang dapat menolak qadhâ (ketentuan Allah) kecuali doa dan tidak ada yang dapat memperpanjang umur kecuali kebaikan.”

Al-Hâkim meriwayatkan bahwa Rasulullah bersabda, “Jagalah kesucian istri orang lain, maka dijaga kesucian istrimu. Berbuat baiklah kepada orang tua mu maka berbuat baik kepadamu anak-anakmu. Jika saudara datang untuk memberikan sesuatu, terimalah sesuatu itu, yang bagus ataupun yang jelek. Jika tidak melakukannya, dia tidak akan sampai ke telaga (al-hawadh).”

Al-Thabrânî dengan sanad hasan meriwayatkan bahwa Rasulullah bersabda, “Berbuat baiklah kepada orang tua mu. Jagalah kesucian istri orang lain, maka dijaga pula kesucian istrimu.”

Muslim meriwayatkan bahwa Rasulullahﷺ bersabda;, “Tunduklah, tunduklah, kemudian tunduklah, yakni menyentuh tanah karena hina.” Seorang sahabat bertanya, “Siapa, wahai Rasulullah?” Beliau menjawab, “Orang yang mendapati salah satu atau kedua orangtuanya dalam keadaan tua renta, kemudian tidak berusaha mengajaknya ke surga.”



Al-Thabrânî, dengan salah satu sanadhasannya, meriwayatkan bahwa Rasulullah naik mimbar.

Beliau berkata, “Âmîn. Âmîn. Âmîn.” Kemudian beliau bersabda, “Jibrîl As datang kepadaku. Dia berkata, ‘Wahai Muhammad, barangsiapa yang mendapati orangtuanya tetapi tidak berbuat baik kepada mereka, jika mati dia masuk neraka dan Allah menjauh darinya. Ucapkanlah;

‘Âmîn.’ Aku pun mengucapkan ‘Âmîn.’ Jibrîl berkata lagi;

"Wahai Muhammad, barangsiapa yang memasuki bulan Ramadhan, lalu mati sebelum diampuni  dosanya, dia masuk neraka dan Allah menjauh darinya.

Ucapkanlah, ‘Âmîn’. Aku pun mengucapkan ‘Âmîn’. Dia berkata lagi, ‘Barangsiapa yang ketika disebutkan namamu dia tidak bershalawat kepadamu, lalu dia mati, dia masuk neraka dan Allah manjauh darinya. Ucapkan;

‘Âmîn.’ Aku pun mengucapkan, ‘Âmîn.”’

Hadis ini diriwayatkan pula oleh Ibn Hibbân dalam Shahîh-nya. Hanya saja redaksinya berbunyi, “Barangsiapa yang mendapati orang tuanya tetapi tidak berbuat baik kepadanya, lalu dia mati, dia masuk neraka dan Allah menjauh darinya. Katakan, ‘Âmîn.’ Aku mengucapkan, ‘Amin.’”

Al-Hâkim dan lainnya meriwayatkan hadis yang sama, tetapi pada akhirnya disebutkan. “Ketika aku menaiki anak tangga ketiga, Jibril berkata, ‘Barangsiapa yang mendapati orang tuanya sudah tua renta tetapi tidak mengajak masuk surga, mereka tidak akan masukke dalam surga.’ Aku jawab, ‘Âmîn.’”

Al-Thabrânî meriwayatkan hadis serupa. Akan tetapi, di situ disebutkan, “Jibrîl berkata, ‘Barangsiapa yang mendapati orangtuanya, tetapi dia tidak berbuat (baik) kepada mereka, dia masuk neraka dan menjauh darinya dan menjauhkannya.’

Aku jawab, ‘Âmîn.’”

Ahmad meriwayatkan hadis melalu beberapa sanad, salah satunya hasan, bahwa Rasulullahﷺ bersabda; “Barangsiapa yang memerdekakan seorang budak perempuan Muslim, dia menjadi tebusannya api neraka. Dan, barangsiapa yang mendapati orangtuanya, tetapi mereka tidak memaafkannya, Allahﷻ  menjauh darinya.”’ Dalam riwayat lain disebutkan, “... dan menjauhkannya.” Al-Bukhârî dan Muslim meriwayatkan bahwa seorang sahabat bertanya, “Waha Rasulullahsiapakah yang paling berhak untuk diperlakukan dengan baik?”

“Ibumu.”

“Kemudian siapa?”

“Ibumu.”

“Kemudian siapa lagi?”

“Ibumu.”

“Kemudian siapa lagi?”

“Bapakmu.”

Selain itu, al-Bukhârî dan Muslim juga meriwayatkan hadis dari Asmâ‘ binti Abî Bakarرضي الله عنه.

Katanya: “Aku datang kepada ibuku, dan dia masih musyrik, pada zaman Rasulullah. Aku meminta fatwa kepada Rasulullah

Aku bertanya; ‘Aku datang kepada ibuku, dan dia sangat membenci Islam. Bolehkah aku mengunjunginya.” 

Rasulullah menjawab, ‘Ya, engkau boleh mengunjunginya.”’

Tentang kedurhakaan kepada orang tua Ibn Hibbân meriwayatkan;, “Keridhaan Allah ada pada keridhaan orang tua dan kemurkaan-Nya ada pada kemurkaan mereka.”

Al-Tirmidzî, juga Ibn Hibbân dalam Shahîh- nya serta al-Hâkim, meriwayatkan bahwa Rasulullah.

Saw bersabda, “Seorang laki-laki datang kepada Rasulullah. Dia berkata, ‘Aku telah berbuat dosa sangat besar, bisakah aku bertobat?”

Rasulullahbertanya, ‘Masihkah kau punya ibu?’ Laki-laki itu menjawab, ‘Tidak.’ Rasulullah bertanya lagi, ‘Apakah engkau punya bibi?’ Laki-laki itu menjawab, ‘Ya.’ Beliau bersabda, ‘Berbuat baiklah kepadanya.’”

Sementara itu, Abû Dawûd dan Ibn Mâjah meriwayatkan bahwa seorang sahabat bertanya, “Wahai Rasulullah, adakah sesuatu yang bisa aku kerjakan untuk berbuat baik kepada orang tua ku setelah mereka meninggal?”

Beliau menjawab, “Ya, ada. Yaitu mendoakan mereka, memohonkan ampunan bagi mereka, memenuhi janji mereka, disambungkan silaturahim yang tidak disambungkan kecuali karena merekadan memuliakanteman dan karib mereka.”

Ibn Hibbân meriwayatkan hadis ini dalam Shahîh-nya dengan tambaha;  “Orang itu berkata;

‘Betapa banyak dan bagusnya ini, wahai Rasulullah.’ Beliau bersabda, ‘Kerjakanlah.’”

Muslim meriwayatkan bahwa ‘Abdullâh bin ‘Umarرضي الله عنه berada di atas keledai tunggangan dengan bebannya. Lalu dia memberikan serban yang melilit di kepalanya kepada seseorang. 

Ibn Dînâr رضي الله عنه yang menyertainya berkata, “Semoga Allahﷻ memberikan kebaikan kepada Anda, mereka itu orang-orang badui. Mereka akan senang dengan diberi sesuatu, meskipun sedikit.”

‘Abdullâh bin ‘Umar رضي الله عنه berkata, “Bapak orang ini sangat mencintai ‘Umar bin al-Khaththâbرضي الله عنه . Dan aku pernah mendengar Rasulullahﷺ  bersabda ;

‘Kebaikan yang paling baik adalah anak yang menyambungkan tali silaturahim dengan sahabat bapaknya.”’

Dalam Shahîh-nya, Ibn Hibbân meriwayatkan hadis dari Abû Bardah رضي الله عنه. Katanya “Aku tiba di Madinah. ‘Abdullah bin ‘Umarرضي الله عنه  menemuiku.

Dia bertanya, ‘Tahukan engkau, mengapa aku mendatangimu?’

Aku jawab, ‘Tidak tahu.’

Kemudian, dia berkata, ‘Aku pernah mendengar Rasulullahﷺ  bersabda, ‘Barangsiapa yang ingin menemui orang tuanya di dalam kuburnya, temuilah kawan-kawan sepeninggalnya.’

Di antara bapakku, ‘Umar Ibn Al Khattab رضي الله عنه , dan bapakmu terjalin persaudaraan dan kasih sayang. Karena itu, aku ingin menyambungkan hal itu.”’

Dalam al-Shahîhayn dan lainnya diriwayatkan hadis melalui berbagai periwayatkan, bahwa tiga kelompok orang sebelum kita keluar berjalan bersama dan kembali kepada keluarga mereka.

Lalu, turunlah hujan sehingga mereka berlindung di dalam sebuah gua di kaki gunung. Namun, tiba-tiba sebuah batu besar jatuh dari atas gunung dan menutupi mulut gua. Salah seorang dari mereka berkata:

“Tidak ada yang dapat menyelamatkan kalian kecuali kalian berdoa dengan amal saleh kalian.”

Dalam suatu riwayat disebutkan bahwa sebagian mereka berkata kepada sebagian yang lain, “Lihatlah amalan-amalan yang kalian kerjakan karena untuk Allah sebagai amal saleh. Untuk itu, bermohonlah kepada Allahﷻ dengannya, mudah-mudahan Dia membukakan pintu gua ini.”

Dalam riwayat lain lagi disebutkan bahwa sebagian mereka berkata kepada sebagian yang lain, “Batu telah jatuh. Tidak ada yang mengetahui tempat kalian kecuali Allah. Maka memohonlah kepada Allah dengan amalan kalian yang paling diyakini.” 

Salah seorang di antara mereka berkata, “Ya Allah, aku punya kedua orang tua yang telah tua renta dan tak punya harta kecuali seekor kambing. Dari kambing itu aku memerah susu dan aku berikan kepada mereka. Setiap hari aku mengumpulkan seikat kayu bakar dan menjualnya,  dan mempergunakan wang hasil dari jualannya untuk menyediakan makan untuk mereka dan aku sendiri. 

Pada suatu malam, aku pulang terlambat. Sebelum aku sempat memerah susu kambing dan menyediakan makan untuk mereka, keduanya sudah terlelap tidur. Aku memegang mangkuk dan berdiri di situ tanpa makan apa-apa hingga pagi menjelang. Ketika bangun, mereka makan.

Kemudian, aku pun duduk. Ya Allah, jika aku melakukan hal itu karena mencari keridhaan-Mu, lepaskanlah kami dan tolonglah kami;” Maka, batu besar itu bergeser sedikit, dan tampaklah suatu celah.

Rasulullahﷺ / Allahﷻ /      

رضي الله عنه.