Bab 4: Takut Berdosa - Mukasyafah Al Qulub

 Takutlah Membuat  Dosa

Ketahuilah, perasaan yang paling hebat adalah takut kepada Allah SWT dan takut kepada azab dan kuasaNya. Awas terhadap azab, murka dan azab-Nya. Allah SWT berkata: 


لَّا تَجْعَلُوا۟ دُعَآءَ ٱلرَّسُولِ بَيْنَكُمْ كَدُعَآءِ بَعْضِكُم بَعْضًۭا ۚ قَدْ يَعْلَمُ ٱللَّهُ ٱلَّذِينَ يَتَسَلَّلُونَ مِنكُمْ لِوَاذًۭا ۚ فَلْيَحْذَرِ ٱلَّذِينَ يُخَالِفُونَ عَنْ أَمْرِهِۦٓ أَن تُصِيبَهُمْ فِتْنَةٌ أَوْ يُصِيبَهُمْ عَذَابٌ أَلِيمٌ ٦٣

"Jangan anda membuat panggilan Rasul di antara kamu adalah seperti panggilan kepada sebahagian anda kepada sebahagian yang lain. sungguh Allah sudah mengetahui mereka yang beransur-ansur pergi antara anda dengan berlindung [kepada kawan-kawannya]. Jadi lakukan nya takut orang yang melanggar perintah Rasul akan ada ujian atau azab pedih

(QS al-Nûr [24]: 63).

Diriwayatkan bahawa Rasulullah bertemu seorang pemuda yang sedang menghampiri kematiannya. Dia bertanya, “Bagaimana awak jumpa awak?" Pemuda itu menjawab,

"Saya harap kepada Allah, ya Rasulullah, dan bimbang akan dosa-dosaku.” Jadi dia berkata, “Keduanya (harapan dan kebimbangan) tidak berkumpul pada hati seorang hamba berada pada tempatnya

ini melainkan Allah memberinya apa yang dia penuh harapan dan meyakinkan daripada apa yang dia takut."

Wahab bin al-Ward berkata, bahawa 'Îsâ As pernah berkata, “Cinta di Syurga dan takut kepada Neraka memberikan kesabaran dalam bencana dan menjauhkan hamba dari kelazatan dunia dan hawa nafsu dan maksiat.”

Rasulullah SAW bersabda kepada para sahabatnya:

“Awak semua dengar apa, Saya dengar? Langit bercakap, dan haknya untuk buat bunyi. Demi Dzat yang dalam kekuasaan-Nya aku berada- Nya, tidak ada satu tempat yang seluas di sana empat walaupun jari tetapi malaikat sujud kepada Allah SWT, berdiri dan rukuk. Jika kamu semua tahu apa yang saya tahu, pasti anda lakukan sedikit ketawa dan banyak menangis. betul-betul awak keluar atau mendaki ke puncak gunung. awak lari terhadap Allah SWT. Kerana takut penyeksaan dan beratnya azab-Nya.

Dalam Shahîhayn (Shâhîh Bukhârî dan Shâhîh Muslim) memetik sebuah hadis yang berbunyi: "

وَأَنذِرْ عَشِيرَتَكَ ٱلْأَقْرَبِينَ ٢١٤

Rasulullah Saw bangun apabila dia turun kepadanya ayat, ... dan beri amaran kepada keluarga terdekat anda

(QS al-Syu'arâ' [26]: 214)

Kemudian beliau bersabda, “Wahai manusia Quraisy, tebuslah diri kamu dari Allah, itu sudah cukup. Bagi saya, saya tidak mempunyai sedikit pun keinginan untuk awak malah. Wahai Bani 'Abdi Manaf, itu sudah cukup untuk saya.

Ya Allah, sedikit pun aku tidak berharap padamu malah. Wahai 'Abbâs, bapa saudara Rasulullah, cukuplah . Adapun Allah, aku tidak ada keinginan sedikit pun.

Wahai Shafiyah, makcik Rasullah, cukuplah bagiku, Ya Allah, sedikit pun aku tidak berharap padamu. Wahai Fatimah binti Muhammad, tanyalah kepadaku daripada kekayaan yang anda inginkan, itu sudah memadai

Adapun saya:  Ya Allah, saya tidak berhajat kepada-Mu walaupun sedikit."

Aisyah Ra pernah bertanya kepada Rasulullah saw, “Wahai Rasulullah, demi orang-orang yang berikan mereka apa yang patut diberi dan hati mereka takut, mereka telah kembali kepada Tuhan mereka. Wahai Rasulullah SAW: "dia orang yang berzina, mencuri, dan minum khamar, tetapi dia takut kepada Allah.”

Rasulullah SAW menjawab: “Wahai putri Abû Bakar al-Shiddîq, tetapi dia juga berpuasa, sedekah, dan takut tidak diterima amalannya” (HR Ahmad).

Seseorang bertanya kepada al-Hasan al- Bashrî, “Wahai Abû Sa‘îd, bagaimana kami memperlakukan majelis suatu kaum yang berbicara kepada kami tentang harapan (rajâ’) sehingga hampir-hampir kami terbang.” Rasulullah SAW  bersabda: “Demi Allah, engkau menyertai kaum yang mempertakutkanmu sehingga engkau tahu ketenteram lebih baik bagimu daripada menyertai kaum-kaum yang membuatmu tenteram sehingga kemudian engkau ditimpa rasa takut.”

Ketika ‘Umar bin al-Khaththâb Ra ditikam, pada saat menjelang kematiannya dia berkata kepada putrinya, “Celakalah kamu, letakkanpipiku di atas tanah, bukan pada ibumu. Dan celakalah aku, jika dia tidak menyayangiku.”

Apabila Zaynul ‘Âbidîn bin ‘Âlî bin Husayn Ra berwudhu dan selesai dari wudhunya, badannya menggigil. Ketika ditanya mengapa, dia menjawab, “Bagaimana kamu ini, tidakkah kamu tahu siapa yang akan aku hadapi?

Kepada siapakah aku hendak bermunajat?”

Dalam al-Shahihayn dinukil hadis yang menyebutkan bahwa Nabi Saw menyebutkan tujuh orang yang akan mendapat naungan pada hari ketika tidak ada naungan selain naungan- Nya. Di antara mereka adalah seseorang yang mengingat Allah— yakni mengingat ancaman dan hukum-Nya—yakni karena takut terhadap perbuatan dosa yang telah dilakukannya—dan mengakui penyelewengan dan dosa-dosanya.

Ibn ‘Abbâs meriwayatkan hadis dari Nabi SAW bahwa beliau pernah bersabda, “Ada dua mata yang tidak disentuh api neraka, yaitu mata yang menangis di tengah malam karena takut kepada Allah dan mata yang melek karena terjaga— dalam berjihad—di jalan Allah.”

Sufyân al-Tsaurî meriwayatkan, “Pada suatu hari aku menemui Ja‘far al-Shâdiq. Aku memohon kepadanya, ‘Wahai cucu Rasulullah, berilah aku nasihat.’ 

Lalu, Ja‘far al-Shâdiq berpesan, ‘Wahai Sufyân, tidak ada harga diri bagi pendusta, tidak ada ketenangan bagi orang yang hasud, tidak ada persaudaraan bagi orang yang gelisah, dan tidak ada ketinggian bagi orang yang berakhlak busuk.’ 

Sufyân berkata lagi, ‘Wahai cucu Rasulullah, tambahlah.’ 

Ja‘far al-Shâdiq berkata: ‘Wahai Sufyân, jagalah dirimu dari segala yang diharamkan Allah. Jadilah engkau seorang ahli ibadah. Ridhailah apa yang Allah karuniakan kepadamu, maka jadilah engkau seorang Muslim. Bergaullah dengan orang lain menurut apa yang engkau suka kalau mereka bergaul denganmu. Jadilah engkau seorang Mukmin. Janganlah bersahabat dengan pendurhaka, karena dia akan mengajarimu kedurhakaan.

Seseorang dilihat dari sikapnya terhadap utang kekasihnya. Pandanglah siapa saja—bersahabat dan diajak bermusyawarah dalam urusanmu—yang takut kepada Allah.”

Kemudian Sufyân bekata lagi: ‘Wahai cucu Rasulullah, tambahlah.’ 

Ja‘far al-Shâdiq berkata: 

‘Wahai Sufyân, siapa yang menghendaki kemuliaan tanpa kekerabatan dan ketakutan tanpa kekuasaan, hendaklah dia keluar dari maksiat menuju Allah untuk taat kepada-Nya.’

Selanjutnya, Sufyân berkata lagi: "Wahai cucu Rasulullah, tambahlah." 

Ja‘far al-Shâdiq berkata:

‘Wahai Sufyân, kakekku— yakni Nabi Saw— mendidikku dengan tiga hal. Beliau berkata kepadaku, ‘Siapa yang bersahabat dengan pelaku kejahatan, dia tidak akan selamat. Siapa yang masuk ke tempat kejahatan dia akan dituduh (melakukan kejahatan).

Siapa yang tidak menjaga lidahnya, dia akan menyesal.’”

Imam Abû al-Fajar bin al-Jauzî bekata:  “Ketakutan itu adalah api yang membakar keinginan- rendah. Keutamaannya adalah menurut kadar keinginan-rendah itu dan kadar jauhnya dari maksiat, dan mendorong pada ketaatan.

Bagaimana ketakutan tidak menjadi keutamaan?

Bukankah dengannya (akan diperoleh) kesucian diri, kewaraan, ketakwaan, kesungguhan, amalan- amalan utama yang dapat mendekatkan diri kepada Allah Swt, sebagaimana yang diketahui dari ayat-ayat dan hadis-hadis. Firman Allah Swt:

سَأَصْرِفُ عَنْ ءَايَـٰتِىَ ٱلَّذِينَ يَتَكَبَّرُونَ فِى ٱلْأَرْضِ بِغَيْرِ ٱلْحَقِّ وَإِن يَرَوْا۟ كُلَّ ءَايَةٍۢ لَّا يُؤْمِنُوا۟ بِهَا وَإِن يَرَوْا۟ سَبِيلَ ٱلرُّشْدِ لَا يَتَّخِذُوهُ سَبِيلًۭا وَإِن يَرَوْا۟ سَبِيلَ ٱلْغَىِّ يَتَّخِذُوهُ سَبِيلًۭا ۚ ذَٰلِكَ بِأَنَّهُمْ كَذَّبُوا۟ بِـَٔايَـٰتِنَا وَكَانُوا۟ عَنْهَا غَـٰفِلِينَ ١٤٦

 "Aku akan menjauhkan dari tanda-tanda-Ku orang-orang yang berlaku tidak adil dengan kesombongan di bumi. Dan walaupun mereka melihat setiap tanda, mereka masih tidak akan mempercayainya. Jika mereka melihat jalan yang benar, mereka tidak akan mengambilnya. Tetapi jika mereka melihat jalan yang bengkok, mereka akan mengikutinya. Ini adalah kerana mereka mendustakan ayat-ayat Kami dan mereka lalai daripadanya."

(QS al-A‘râf [7]: 146).


جَزَآؤُهُمْ عِندَ رَبِّهِمْ جَنَّـٰتُ عَدْنٍۢ تَجْرِى مِن تَحْتِهَا ٱلْأَنْهَـٰرُ خَـٰلِدِينَ فِيهَآ أَبَدًۭا ۖ رَّضِىَ ٱللَّهُ عَنْهُمْ وَرَضُوا۟ عَنْهُ ۚ ذَٰلِكَ لِمَنْ خَشِىَ رَبَّهُۥ ٨

"Pembalasan untuk mereka (yang takut pada Allah) di sisi Tuhannya ialah taman abadi (Surga ‘Adn) yang mengalir sungai-sungai di dalamnya. Mereka kekal di situ untuk selama-lamanya. Allah merasa ridha kepada mereka dan mereka pun ridha kepada Allah. Itu untuk siapa saja yang takut kepada Tuhannya."

(QS al-Bayyinah [98]: 8).

إِنَّمَا ذَٰلِكُمُ ٱلشَّيْطَـٰنُ يُخَوِّفُ أَوْلِيَآءَهُۥ فَلَا تَخَافُوهُمْ وَخَافُونِ إِن كُنتُم مُّؤْمِنِينَ ١٧٥

"Itu hanya setan yang mempertakuti kawan-kawannya. Sebab itu janganlah kamu takut kepada mereka dan takutlah kepada-Ku kalau kamu benar-benar orang yang beriman"

 (QS Âli ‘Imrân [3]: 175).

وَلِمَنْ خَافَ مَقَامَ رَبِّهِۦ جَنَّتَانِ ٤٦

"Dan siapa yang takut terhadap waktu beridiri di hadapan Tuhanya, dia memperoleh dua taman (surga)"

(QS al-Rahmân [5]: 46).

سَيَذَّكَّرُ مَن يَخْشَىٰ ١٠

"Nanti peringatan itu akan diterima oleh orang yang takut (kepada Tuhan)"

(QS al-A‘lâ [87]: 10)

وَمِنَ ٱلنَّاسِ وَٱلدَّوَآبِّ وَٱلْأَنْعَـٰمِ مُخْتَلِفٌ أَلْوَٰنُهُۥ كَذَٰلِكَ ۗ إِنَّمَا يَخْشَى ٱللَّهَ مِنْ عِبَادِهِ ٱلْعُلَمَـٰٓؤُا۟ ۗ إِنَّ ٱللَّهَ عَزِيزٌ غَفُورٌ ٢٨

"Hanyalah yang takut kepada Allah ialah orangorang yang berilmu di antara hamba-hamba-Nya" 

(QS Fâthir [35]: 28).


Hadis-hadis yang menunjukkan ilmu juga menunjukkan keutamaan takut. Sebab ketakutan merupakan buah dari ilmu. Abû al-Dardâ’ meriwayatkan bahwa Rasulullah Saw bersabda,

“Apabila tubuh hamba menggigil karena takut pada Allah ‘Azza wa Jalla, karena bergugurannya daun- daun dari pohon yang kering.”

Rasulullah Saw bersabda bahwa Allah Swt berfirman:

“Demi keagungan-Ku, Aku tidak menggabungkan pada diri hamba-Ku dua ketakutan, dan Aku menggabungkan pada dirinya dua ketenteraman. Jika dia merasa tenteram kepada-Ku di dunia, Aku akan membuatnya takut pada hari kiamat. Jika dia takut kepada-Ku di dunia, Aku akan mententeramkannya pada hari kiamat.”

Abû Sulaymân al-Dâranî berkata: “Setiap hati yang tidak diisi dengan takut kepada Allah berarti telah rusak.” 

Allah Swt berfirman:

أَفَأَمِنُوا۟ مَكْرَ ٱللَّهِ ۚ فَلَا يَأْمَنُ مَكْرَ ٱللَّهِ إِلَّا ٱلْقَوْمُ ٱلْخَـٰسِرُونَ ٩٩

 “Apakah mereka merasa aman dari rekadaya (adzab) Allah? Tak ada yang merasa aman dari rekadaya Allah melainkan kaum yang mendapat kerugiaan"

 (QS al-A’râf [7]: 99).[]